Rabu, 14 Maret 2012

COKELAT SUSU


COKELAT SUSU
BY VIVIE HARDIKA SS

Caca memang mencintai Ari. Tapi di sisi hatinya yang lain juga terselip nama Aska. Ari maupun Aska sama- sama berada di dalam hatinya saat ini. Apa yang harus ia perbuat. Tak mungkin jika keduanya menjadi miliknya. Itu nggak mungkin banget. Di mana ada cewek poliandri?
Salah satu dari mereka harus dipilih, meskipun keduanya nggak memilih Caca.
Perasaan Ari atau Aska masih misterius adanya. Belum diketahuinya mereka berdua suka Caca atau nggak. Tapi yang pasti, besok Caca harus nembak salah satu diantara keduanya. Jika gagal di Ari, coba ke Aska. Haih.
Sekarang, jaman emansipasi cewek. Nggak jamannya lagi cewek menunggu sampe jamuran. Dalam masalah ini, Caca sudah terlalu lama menunggu salah satu diantara mereka nembak. Namun ini nggak bisa dibiarkan kelamaan. Salah satu dari mereka harus jadi pacarnya, meskipun Caca harus nembak duluan.
Daripada jomblo seumur hidup, mending nembak aja deh duluan.
Ari dan Aska seperti cokelat dan susu buat Caca. Itu karena kulit Ari yang gelap dan kecokelat- cokelatan dan suka cokelat. sedangkan Aska, kulitnya mulus seperti cowok- cowok oriental dan sangat gemar minum susu. Mungkin itu salah satu penyebab kenapa Aska memiliki kulit mulus nan putih.
Caca tahu hal itu karena diam- diam ia mencari informasi seputar Ari dan Aska. Nggak heran lagi jika Caca tahu banyak hal mengenai keduanya. Dua orang itu, sudah lama membuat Caca nggak bisa tidur. Ibarat lagu, cenat- cenut gitu deh.
Keputusan Caca sudah bulet! Besok Ari maupun Aska harus tahu perasaannya. Siapa tahu aja salah satu dari mereka mau jadi pacarnya. Lumayanlah buat gandengan di malam pensi kelas XII. Malu dong seorang Caca Marissa masih jomblo di malam pensi. Apa kata dunia?
**
           
Tangan Caca gemetaran. Jantungnya semakin bergemuruh ketika melihat Ari di depannya. Yup! Saat ini Ari sudah ada di hadapannya. Tepatnya di seberang rak buku perpustakaan. Ari kerap masuk perpustakaan dan mencari Ari lebih mudah di perpustakaan karena  memang image kutu buku sudah melekat pada diri Ari.
Meskipun Ari kutu buku, ia nggak sejelek dan nggak sekatrok kutu buku lainnya. Ari masuk dalam kategori cowok cool di sekolahnya. Dan oleh sebab itulah Caca fallin in love with him.
Caca melangkahkan kakinya. Selangkah, dua langkah, tiga langkah dan berlangkah- langkah untuk mendekati Ari lebih dekat. Setelah pas, Caca semakin gemetaran. Untuk mengelak dari asumsi negatif masyarakat perpustakaan lainnya, Caca duduk di meja baca, tepat di hadapan Ari.
“Ari...” panggilnya gugup.
Ari menoleh dan menutup bukunya. “Kenapa Ca?” tanyanya.
Caca belum menjawab. Ia masih bingung dan limbung. Lalu ia menarik nafasnya dalam- dalam dan mengeluarkannya secara perlahan.
Uuppsss!! Ternyata Caca salah ngeluarin angin.
Caca buang angin. Yaiiikkkk..
Untung saja Ari nggak sadar kalau cewek yang sedang ia tatap itu lagi buang angin.
“Gue.. Gue.. Gue mau bilang...”
“Bilang apa? Kok kayaknya gugup gitu?”
“Gue mau bilang gue suka sama lo..”
Akhirnya Caca bisa mengatakan hal itu tanpa jeda. Tanpa koma ataupun titik. Lancar dan berhasil membuat Ari tercengang.
Are you serious?”
Caca menganggguk. “Apa lo mau jadi pacar gue?”
Ari menghela nafasnya dan mengatakan “Sorry! Iam gay!”
Haaah???
Ari pergi begitu saja meninggalkan Caca dengan wajah bloonnya. Gimana nggak pasang wajah bloon kalau denger cowok cakep yang ia taksir mengaku kalau dirinya gay? Oh my God? Mimpi apa kemaren?
Rasanya ada martil besar yang terus memukul kepalanya.
Tuing!! Tuing!!
“Ya Tuhan, apa gue mimpi ya? Masa sih? Cowok secakep Ari suka sesama jenis? UMAGA!!”
Kunang- kunang di atas kepala Caca masih berterbangan dan semakin lama semakin banyak jumlahnya.
“Di mana aku?” tanyanya.
Tidak ada orang lain selain dirinya. Ruangan yang serba putih itu kosong. Caca semakin bingung dan linglung. Apa yang sebenarnya terjadi?
Caca bangkit dari tempat pembaringannya. Ia ingin keluar dari ruangan kecil itu. Tujuan utamanya adalah masuk kelas. Pasti guru matematika-nya yang Killer itu sudah mengajar dengan bertolak pinggang dan tatapan kejamnya.
Iiiuuu..
Kenapa harus ada guru matematika sih? Mata pelajarannya aja sudah susah! Gimana gurunya nggak susah juga buat diajak ketawa?
“Eh, kamu udah sadar?” tanya seorang siswi yang tak berpakaian seragam.
Ia malah mengenakan seragam bidan.
“Memangnya aku kenapa?”
“Haduh! Gawat! Lo nggak ingat apa yang terjadi sama lo?”
Pertanyaan siswi tadi membingungkan Caca.
Caca-pun menggeleng. Kenapa sih nih cewek?
“Jangan- jangan, lo amnesia lagi. Lo ingat nama lo nggak?”
Kening Caca berkerut. Makin aneh deh nih cewek! Batinnya. “Ingat lah gue..”
“Terus lo kenal gue nggak?”
Kening Caca kembali berkerut. Jelaslah nggak kenal, siswa siswi di sekolah kan bukan cuma dia aja. Kalau cewek ini teman sekelasnya, nggak mungkin juga Caca lupa. Ini yang aneh sekarang siapa sih?
Caca menggeleng pelan. “Nggak kenal!”
“Kalau gitu kenalan dulu! Gue Gita...” ujarnya sembari mengulurkan tangannya pada Caca.
Lah kok, malah ngajak kenalan?
“Sekarang udah kenal kan?”
Caca mengangguk seadanya.
“Siapa gue?”
“Gita!”
Benar- benar bingung melihat prilaku cewek ini. Ternyata dia lebih lemot dan begok daripada gue.
“Eh, lo mau ke mana?” tanya cewek aneh tadi.
“Masuk kelas!” ujar Caca datar.
“Good luck yah!”
Yaelah! Makin aneh aja nih bocah! Masuk kelas doang disorakin Good luck!
Di sepanjang perjalanan, Caca hanya menggelengkan kepalanya. Ada dua hal yang membuatnya bertambah limbung hari ini. Yang pertama cewek aneh tadi. Yang kedua adalah, pengakuan Ari tentang cinta sesama jenisnya.
Cokelat gue hilang deh!
**

Caca prustasi mendengar pernyataan Ari tadi. Tapi, bukannya masih ada Aska. Si kulit putih mulus dan maniak susu yang keren dan mirip Kim Bum itu, meskipun hanya poninya saja yang mirip. Tapi tak apalah, tak ada akar, rotan pun jadi. Tak ada Justin Bieber, Aska pun jadi.
Jadi, sekarang Caca lagi kelayapan di penjuru sekolah untuk mencari Aska. Target berikutnya. Pokoknya, malam Pensi nanti harus gandeng cowok. Malu dong sama Eren, cewek centil yang menganggap dirinya sendiri adalah primadoma sekolah. Hiiyyaahh!
Hap! Dapat!
Caca menemukan Aska di kantin. Sedang duduk sendirian. Caca mendekat untuk melancarkan aksinya. Ini rencana kedua kalinya untuk orang ke dua. Baru selangkah, Caca sudah melihat Eren, teman sekelasnya datang dan bergelayut di punggung Aska. Samar- samar Caca mendengar “Halo sayang! Udah nunggu lama yah?”
Oh Tuhan! Malang nian nasib Caca. Mengetahui Ari gay adalah hal tersial yang pernah ia alami dan sekarang ia juga saksi bisu siapa pacar Aska. Eren yang cantik dan centil. Huaah! Belum nembak, Caca sudah patah hati duluan.
“Aska udah punya pacar! Nggak ada peluang lagi buat gue...”
Ca berjalan sambil ngelamun di koridor sekolahnya. Ia masih belum percaya kalau Ari gay dan Aska sudah ada yang memiliki. Cokelat susu tak mungkin menjadi miliknya. Sehari, Caca sudah patah hati untuk kedua kalinya. Kasihan Caca!
Saking setressnya, Caca berjalan di koridor- koridor sekolah sambil merundukkan kepalanya. Ingin rasanya Caca mengelupas kulit wajahnya seketika itu pula. Sepertinya wajahnya yang nggak terlalu cantik itu nggak layak untuk jadi konsumsi publik.
Brruuukkk!!!
Caca jatuh ke lantai. Sudah tentu karena Caca merunduk di sepanjang jalan.
“Hey, jalan pake mata dong!”
Caca tercengang melihat siapa yang menabraknya tadi dan buru- buru bangkit.
Karena melamun, Caca dan cowok itu bertabrakan. Dan cowok itu berhasil menyita pandangan Ca. Cowok itu mirip...
“Lo Morgan yah? Lo Morgan kan?”
Cowok itu mengerutkan keningnya. “Bukan!”
“Lo Morgan kan? Lo mirip banget sama Morgan! Lo Morgan kan? Yang nyanyi lagu cenat- cenut. Iya kan? Lo pasti Morgan!”
Caca tetap ngotot bahwa cowok yang baru ia tabrak itu adalah Morgan Smash.
“Bukan! Gue Pak Tarno!”
“Ah nggak mungkin! Lo pasti Morgan! Orang ganteng begini kok!”
“Brisik ya lo. Gue bukan Morgan!”
Cowok itu merasa risih dan menjauhi Caca yang tiba- tiba aneh. “Cewek Aneh!”
“Morgan, lo ganteng banget!” Caca mengikuti cowok itu dan terus mengejarnya. “Morgan, jadilah pacarku!!”
THE END
**

6 komentar:

Jangan malu- malu untuk berkomentar. Silahkan berikan komentar terbaik anda ^_^ Xie Xie Ni