COKELAT SUSU
BY VIVIE HARDIKA
SS
Caca memang mencintai Ari.
Tapi di sisi hatinya yang lain juga terselip nama Aska. Ari maupun Aska sama-
sama berada di dalam hatinya saat ini. Apa yang harus ia perbuat. Tak mungkin
jika keduanya menjadi miliknya. Itu nggak mungkin banget. Di mana ada cewek
poliandri?
Salah satu dari mereka harus
dipilih, meskipun keduanya nggak memilih Caca.
Perasaan Ari atau Aska masih
misterius adanya. Belum diketahuinya mereka berdua suka Caca atau nggak. Tapi
yang pasti, besok Caca harus nembak salah satu diantara keduanya. Jika gagal di Ari, coba ke Aska. Haih.
Daripada jomblo seumur hidup,
mending nembak aja deh duluan.
Ari dan Aska seperti cokelat
dan susu buat Caca. Itu karena kulit Ari yang gelap dan kecokelat- cokelatan
dan suka cokelat. sedangkan Aska, kulitnya mulus seperti cowok- cowok oriental
dan sangat gemar minum susu. Mungkin itu salah satu penyebab kenapa Aska
memiliki kulit mulus nan putih.
Caca tahu hal itu karena diam-
diam ia mencari informasi seputar Ari dan Aska. Nggak heran lagi jika Caca tahu
banyak hal mengenai keduanya. Dua orang itu, sudah lama membuat Caca nggak bisa
tidur. Ibarat lagu, cenat- cenut gitu deh.
Keputusan Caca sudah bulet!
Besok Ari maupun Aska harus tahu perasaannya. Siapa tahu aja salah satu dari
mereka mau jadi pacarnya. Lumayanlah buat gandengan di malam pensi kelas XII. Malu dong seorang Caca Marissa masih jomblo di
malam pensi. Apa kata dunia?
**
Tangan Caca gemetaran.
Jantungnya semakin bergemuruh ketika melihat Ari di depannya. Yup! Saat ini Ari
sudah ada di hadapannya. Tepatnya di seberang rak buku perpustakaan. Ari kerap
masuk perpustakaan dan mencari Ari lebih mudah di perpustakaan karena memang image kutu buku sudah melekat pada
diri Ari.
Meskipun Ari kutu buku, ia
nggak sejelek dan nggak sekatrok kutu buku lainnya. Ari masuk dalam kategori
cowok cool di sekolahnya. Dan oleh
sebab itulah Caca fallin in love
with him.
Caca melangkahkan kakinya.
Selangkah, dua langkah, tiga langkah dan berlangkah- langkah untuk mendekati
Ari lebih dekat. Setelah pas, Caca semakin gemetaran. Untuk mengelak dari
asumsi negatif masyarakat perpustakaan lainnya, Caca duduk di meja baca, tepat
di hadapan Ari.
“Ari...” panggilnya gugup.
Ari menoleh dan menutup
bukunya. “Kenapa Ca?” tanyanya.
Caca belum menjawab. Ia masih
bingung dan limbung. Lalu ia menarik nafasnya dalam- dalam dan mengeluarkannya
secara perlahan.
Uuppsss!! Ternyata Caca salah
ngeluarin angin.
Caca buang angin. Yaiiikkkk..
Untung saja Ari nggak sadar
kalau cewek yang sedang ia tatap itu lagi buang angin.
“Gue.. Gue.. Gue mau
bilang...”
“Bilang apa? Kok kayaknya
gugup gitu?”
“Gue mau bilang gue suka sama
lo..”
Akhirnya Caca bisa mengatakan
hal itu tanpa jeda. Tanpa koma ataupun titik. Lancar dan berhasil membuat Ari
tercengang.
“Are you serious?”
Caca menganggguk. “Apa lo mau
jadi pacar gue?”
Ari menghela nafasnya dan
mengatakan “Sorry! Iam gay!”
Haaah???
Ari pergi begitu saja
meninggalkan Caca dengan wajah bloonnya. Gimana nggak pasang wajah bloon kalau
denger cowok cakep yang ia taksir mengaku kalau dirinya gay? Oh my
God? Mimpi apa kemaren?
Rasanya ada martil besar yang
terus memukul kepalanya.
Tuing!! Tuing!!
“Ya Tuhan, apa gue mimpi ya?
Masa sih? Cowok secakep Ari suka sesama jenis? UMAGA!!”
Kunang- kunang di atas kepala
Caca masih berterbangan dan semakin lama semakin banyak jumlahnya.
“Di mana aku?” tanyanya.
Tidak ada orang lain selain
dirinya. Ruangan yang serba putih itu kosong. Caca semakin bingung dan
linglung. Apa yang sebenarnya terjadi?
Caca bangkit dari tempat
pembaringannya. Ia ingin keluar dari ruangan kecil itu. Tujuan utamanya adalah
masuk kelas. Pasti guru matematika-nya yang Killer itu sudah mengajar dengan
bertolak pinggang dan tatapan kejamnya.
Iiiuuu..
Kenapa harus ada guru
matematika sih? Mata pelajarannya aja sudah susah! Gimana gurunya nggak susah
juga buat diajak ketawa?
“Eh, kamu udah sadar?” tanya
seorang siswi yang tak berpakaian seragam.
Ia malah mengenakan seragam
bidan.
“Memangnya aku kenapa?”
“Haduh! Gawat! Lo nggak ingat
apa yang terjadi sama lo?”
Pertanyaan siswi tadi
membingungkan Caca.
Caca-pun menggeleng. Kenapa sih nih cewek?
“Jangan- jangan, lo amnesia
lagi. Lo ingat nama lo nggak?”
Kening Caca berkerut. Makin
aneh deh nih cewek! Batinnya. “Ingat lah gue..”
“Terus lo kenal gue nggak?”
Kening Caca kembali berkerut.
Jelaslah nggak kenal, siswa siswi di sekolah kan bukan cuma dia aja. Kalau
cewek ini teman sekelasnya, nggak mungkin juga Caca lupa. Ini yang aneh
sekarang siapa sih?
Caca menggeleng pelan. “Nggak
kenal!”
“Kalau gitu kenalan dulu! Gue
Gita...” ujarnya sembari mengulurkan tangannya pada Caca.
Lah kok, malah ngajak kenalan?
“Sekarang udah kenal kan?”
Caca mengangguk seadanya.
“Siapa gue?”
“Gita!”
Benar- benar bingung melihat
prilaku cewek ini. Ternyata dia lebih
lemot dan begok daripada gue.
“Eh, lo mau ke mana?” tanya
cewek aneh tadi.
“Masuk kelas!” ujar Caca
datar.
“Good luck yah!”
Yaelah! Makin aneh aja nih
bocah! Masuk kelas doang disorakin Good luck!
Di sepanjang perjalanan, Caca
hanya menggelengkan kepalanya. Ada dua hal yang membuatnya bertambah limbung
hari ini. Yang pertama cewek aneh tadi. Yang kedua adalah, pengakuan Ari
tentang cinta sesama jenisnya.
Cokelat gue hilang deh!
**
Caca prustasi mendengar pernyataan Ari tadi. Tapi,
bukannya masih ada Aska. Si kulit putih mulus dan maniak susu yang keren dan
mirip Kim Bum itu, meskipun hanya poninya saja yang mirip. Tapi tak apalah, tak
ada akar, rotan pun jadi. Tak ada Justin Bieber, Aska pun jadi.
Jadi, sekarang Caca lagi kelayapan di penjuru
sekolah untuk mencari Aska. Target berikutnya. Pokoknya, malam Pensi nanti harus gandeng cowok. Malu dong sama Eren, cewek centil yang
menganggap dirinya sendiri adalah primadoma sekolah. Hiiyyaahh!
Hap! Dapat!
Caca menemukan Aska di kantin. Sedang duduk
sendirian. Caca mendekat untuk melancarkan aksinya. Ini rencana kedua kalinya
untuk orang ke dua. Baru selangkah, Caca sudah melihat Eren, teman sekelasnya
datang dan bergelayut di punggung Aska. Samar- samar Caca mendengar “Halo
sayang! Udah nunggu lama yah?”
Oh Tuhan! Malang nian nasib Caca. Mengetahui Ari
gay adalah hal tersial yang pernah ia alami dan sekarang ia juga saksi bisu
siapa pacar Aska. Eren yang cantik dan centil. Huaah! Belum nembak, Caca sudah
patah hati duluan.
“Aska udah punya pacar! Nggak ada peluang lagi
buat gue...”
Ca berjalan sambil ngelamun di koridor sekolahnya.
Ia masih belum percaya kalau Ari gay dan Aska sudah ada yang memiliki. Cokelat
susu tak mungkin menjadi miliknya. Sehari, Caca sudah patah hati untuk kedua
kalinya. Kasihan Caca!
Saking setressnya, Caca berjalan di koridor-
koridor sekolah sambil merundukkan kepalanya. Ingin rasanya Caca mengelupas
kulit wajahnya seketika itu pula. Sepertinya wajahnya yang nggak terlalu cantik
itu nggak layak untuk jadi konsumsi publik.
Brruuukkk!!!
Caca jatuh ke lantai. Sudah tentu karena Caca
merunduk di sepanjang jalan.
“Hey, jalan pake mata dong!”
Caca tercengang melihat siapa yang menabraknya
tadi dan buru- buru bangkit.
Karena melamun, Caca dan cowok itu bertabrakan.
Dan cowok itu berhasil menyita pandangan Ca. Cowok itu mirip...
“Lo Morgan yah? Lo Morgan kan?”
Cowok itu mengerutkan keningnya. “Bukan!”
“Lo Morgan kan? Lo mirip banget sama Morgan! Lo
Morgan kan? Yang nyanyi lagu cenat- cenut. Iya kan? Lo pasti Morgan!”
Caca tetap ngotot bahwa cowok yang baru ia tabrak
itu adalah Morgan Smash.
“Bukan! Gue Pak Tarno!”
“Ah nggak mungkin! Lo pasti Morgan! Orang ganteng
begini kok!”
“Brisik ya lo. Gue bukan Morgan!”
Cowok itu merasa risih dan menjauhi Caca yang
tiba- tiba aneh. “Cewek Aneh!”
“Morgan, lo ganteng banget!” Caca mengikuti cowok
itu dan terus mengejarnya. “Morgan, jadilah pacarku!!”
THE END
**
: " how about aska ? " ^^
BalasHapusKenapa??
Hapus: " kok aska nggak ditembak ?? atau ini dilanjut ke sekuel berikutya ? " :o
HapusBelum di tembak udah keduluan patah hati. jadi nggak jadi deh.
Hapus: " eaaaaaaa " (ˇ▼ˇ)
BalasHapusAhaha :p
Hapus