Kamis, 27 Agustus 2015

Tolak (Masuk) Angin dengan Tolak Angin

Menulis bukan hanya sekadar hobi bagi saya. Menulis adalah sebuah kehidupan. Dunia bagi pelakonnya. Banyak orang yang ingin menjadi penulis, namun karena beberapa hal keinginan itu menjadi terbengkalai. Bukan karena ia tidak bisa meraihnya , karena mereka tidak menjadikan menulis sebagai bagian dari kehidupannya sehingga keinginan itu hanya sebatas angan saja tanpa tindakan yang nyata.

Menulis bukan hanya menghasilkan karya, namun juga proses membagikan apa yang kita ketahui kepada para pembaca. Alangkah bahagianya jika pembaca tersebut dapat menangkap hal positif dalam tulisan kita.

beberapa hasil dari menulis

Dan bagi seseorang yang telah menjadikan menulis sebagai dunia-nya, menulis bisa jadi tidak mengenal waktu. Selagi luang akan menulis. Begitupun saya. Ketika ide sedang bersliweran, saya langsung menuliskannya. Bisa berjam-jam dan sampai tak kenal waktu. Seringnya jadwal menulis saya hingga larut. Di jam-jam segitu biasanya ide muncul tak terduga-duga. Dan tak jarang saya begadang sampai demi menuntaskan hasrat menulis saya tersebut. Kebiasaan begadang inilah yang terkadang menimpulkan penyakit. Punggung jadi pegel, dan tak jarang pula suka masuk angin.



Karena takut diomelin dan dilarang menulis sampai larut—sementara semakin larut ide semakin hot—akhirnya saya nggak pakai koprol kepada orang tua. Saya langsung beli obat anti masuk angin di warung terdekat. Sebelumnya saya telah direkomendasikan oleh teman saya untuk membeli obat herbal tersebut. Selain harganya terjangkau, khasiatnya pun tidak cuma untuk masuk angin, tapi dapat juga menghilangkan pegal-pegal setelah semalaman begadang.



Jumat, 21 Agustus 2015

CATATAN ANAK BANGSA - SAVE OUR CHILDREN

Belakangan ini banyak bermunculan berita pelecehan terhadap anak di bawah umur. Pelakunya pun mencengangkan, guru sekolah, tetangga dekat, dan tak jarang pula pelaku pelecehan tersebut adalah anggota keluarga sendiri.
Miris sekali.

Orang dewasa yang seharusnya bisa melindungi malah memberikan luka yang mungkin akan selalu dikenang oleh korban. Mungkin bentuk pelecehannya bisa hilang dalam beberapa tahun, tapi trauma yang dialami korban mungkin tidak akan bisa hilang selamanya.
Terakhir yang sangat menghebohkan negara ini adalah kasus Angeline dari Bali. Yang tidak hanya menerima pelecehan seksual, tapi juga kekerasan sebelum akhirnya ia dibunuh. Alasannya pun berbelit-belit. Dan yang membuat geram adalah, pelaku tersebut adalah ibu angkat yang sedari bayi merah telah mengurusinya. Pertanyaan pun muncul. Di mana nuraninya sebagai seorang Ibu? Hingga tega menghabisi anak sekecil itu hanya karena harta warisan.
Tentu kita tidak ingin ada Angeline-Angeline lain di negeri ini bukan? Malaikat-malaikat kecil itu harus kita lindungi, bukan dijadikan korban pemuas nafsu belaka. Masa depan mereka masih panjang, jangan sampai pula perlakuan tidak pantas tersebut menghentikan langkah mereka di masa depan.
Apa jadinya bangsa ini jika tunas-tunas mudanya di negara ini sudah dirusak.

Selasa, 18 Agustus 2015

About Me



Lahir di Langga payung, Sumatera Utara, 5 Juni 1992. Mulai menulis di bangku SMP. Saat itu karya pertamanya masih berupa puisi dan berhasil terbit di koran lokal waktu itu. Menyusul, karya lainnya berupa cerpen pernah dimuat di beberapa media nasional seperti Tabloid Gaul, Gadis, Kiss dan Story. Novel yang sudah beredar antara lain:
SOLO:
1) Allien Cungkring (2010) 
2) True Love (2013) 
3) Satu Untuk Selamanya (2013)
4) Friend Zone Forever (2014)  
5) Keluarga Salah Gaul (2015)
6) Dilwale (2016)
7) Alien Cungkring (coming soon)

Duet:
1) KorbanPhp (feat Riana Dewi) (2014)

Antologi:
1) Cermin (2012)
2) I Miss You (2014)
3) 19 Jurus Mabuk Penulis Sukstress (2016)

Visit Vivie di:
Fanpage: Vivie Hardika
Twitter: @cacacungkring
Instagram: @xxcacacungkringxx
Wattpad: Viviehardika
LINE: Viviehardikadhawan

LEBARANKU YANG LEBIH BAIK


Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa Ramadhan,  seluruh umat muslim di dunia merayakan hari kemenangan yang biasa disebut dengan Lebaran atau Idul Fitri. Takbir yang bertalu-talu sejak usainya sholat Isya hingga esoknya menjelang sholat Ied. Dan harapan ingin kembali dipertemukan oleh Ramadhan tahun depan terus digumamkan.  Hal yang paling sakral dalam perayaan lebaran sudah tentu ‘sungkeman’ di mana setiap orang mengharapkan maaf dari kerabat, teman atau tetangga agar dapat kembali menjadi suci. Seperti sebuah kertas kosong yang dapat kembali dicoret dengan goresan-goresan yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.