DON’T LET ME..
EPISODE 1
STARTING
FROM ZERO
Mimpiku,
hanya aku yang boleh meraihnya..
“Kamu yakin nggak
membutuhkan Papa, Raj?”
Raja menggelengkan
kepalanya dan yakin dengan keputusannya yang sudah ia buat. Meskipun Papa sudah
membujuknya berulang kali, Raja tetap keukeuh pada pendiriannya.
“Kenapa Raja? Kalau
kamu mau, Papa bisa melakukan semua yang kamu inginkan. Kamu tinggal bilang ke
Papa. Apapun Papa siap.”
“No, Pa!” ujarnya
dengan senyum simpul. “Raja punya mimpi yang ingin Raja gapai sendiri. Raja
ingin memulainya dari Nol. Raja ingin membangun semuanya lewat kemampuan Raja.
Bukan karena Papa..”
“Tapi Raj, Papa nggak
yakin. Kamu lihat kakak kamu? Dia berhasil tanpa perlu terjatuh. Dunia entartainment
itu kejam. Apa jadinya kamu tanpa, Papa?”
“Papa, aku bukan Kak Revand.
Aku adalah aku. Please Pa, biarkan Raja memilih jalan Raja sendiri!”
“Baiklah! Papa nggak
akan memaksamu lagi..”
“Thanks, Pa!”
“Jaga dirimu baik-
baik yah!”
Setelah meneguk
separuh coffe-nya, Papa bangkit dan meninggalkan meja kerjanya. Tinggalah Raja
dengan senyum simpul tanda kepuasannya. Raja yakin, tanpa Papa semua impiannya
akan menjadi nyata. Tanpa Papa Raja bisa menakhlukkan dunianya. Semuanya akan
diawali dengan nol. Dari nol!
“Ke mana Papa?” Tiba-
tiba Revand datang dan mengagetkan Raja yang masih duduk manis di depan meja
kerja Papa. Revand terlihat sedikit bete. Mungkin terjadi sesuatu padanya. Tidaklah
mungkin Revand datang ke ruang kerja Papa kalau bukan untuk minta ini dan itu.
“Mungkin ada di
kamar. Ada apa lo cari Papa? Mau minta naik honor lagi?”
“Bukan! Gue mau
pemeran utama ceweknya di ganti.”
“Lho! Kenapa?” tanya
Raja heran.
“Haduh! Lo liat dong
gue! Tinggi, putih, mulus. Mana cocok dipasangkan sama artis kacangan kayak si Delia
itu.” Ujar Revand lagi.
“Ya ampun. Delia kan
cantik. Dia juga masih hangat di infotainment..”
“Nah! Itu dia yang
jadi masalahnya. Artis infotainment nggak cocok banget beradu akting sama gue.
Gue ini actor bebas gosip. Tanpa issue- issue yang nggak penting itu gue laku
kok. Kontrak mengalir terus.” Ujar Revand mempromosikan dirinya di depan Raja.
Sebenarnya, tanpa dipromosikan begitupun, Raja sudah tahu bagaimana Kakaknya
sebenarnya.
“Ya jelaslah. Kan ada
bokap. Lo nggak perlu casting sana sini cuma buat dapetin peran. Kalo lo nggak
mau sama Delia, terus.. lo maunya siapa?” tanya Raja sedikit penasaran.
No body perfect, tapi
Revand nggak peduli dengan pepatah itu. Baginya, yang berhak beradu akting
dengannya hanya artis- artis bernilai sepuluh. Full beautiful dan bebas dari
gosip murahan.
“Banyak kali artis
yang cantik dan bebas gosip murahan. Contohnya, Laudya Chintya Bella, Chelsea
Olivia, Laura Basuki, Jessica iskandar, Bunga zainal, kenapa harus Delia Putri?
Bangun tidur masuk infotainment, pacaran masuk infotainment, putus masuk
infotainment juga, cuma ke kamar mandi aja nggak masuk infotainment. Heran deh
gue..”
“Gila lo. Ya, nggak
mungkin lah! Protes sendiri sana sama Papa..”
Raja bangkit dan
nggak mau lagi ambil pusing dengan masalah Revand yang mau ini dan nggak mau itu.
Sebodo amat!
“Eh tunggu! Lo yakin
nggak mau pake nama Papa di belakang nama lo?”
Raja menggeleng. Kemudian
tersenyum simpul ke Revand yang juga belum memperceyai kalau Raja tidak akan
melakukan hal yang sama seperti dirinya.
“Lo jangan bego deh! Lo
itu nggak perlu pura- pura jadi orang biasa. Kalo lo mau, lo bisa minta Papa
bikinin lo film, sinetron, atau apalah! Yang penting lo nggak perlu dari bawah.
Pake keluar rumah segala lagi..”
Raja nggak jadi
pergi, ia duduk lagi dan merasa harus menjelaskan sesuatu kepada Revand. “Gue
nggak mau! Gue mau mulai semuanya dari bawah. Gue mau semua orang kenal gue
bukan karena Papa. Gue mau terkenal tanpa nama Papa di belakang nama gue..”
“Gila lo ya. Udah
enak, lo malah cari susahnya. Heran deh gue sama jalan pikiran lo!”
Sama, Raja juga heran
liat sikap kakaknya yang memandang segala sesuatunya haruslah sempurna.
Kesempurnaan hanya miliknya dan ia juga harus memilikinya.
“Udah lah, Kak. Lo
nggak perlu khawatir sama gue. Gue kan bukan anak kecil lagi…”
“Tapi apa harus sampai
keluar segala dari rumah?”
“Ya haruslah. Entar
kalo tiba- tiba wartawan datang ke rumah ini terus ngeliat gue, apa cerita?
Sia- sia dong usaha gue..”
Revand menggeleng
heran. Ia nggak mengerti bagaimana bisa Raja berpikir untuk keluar dari rumah yang
membesarkannya dan mulai lagi dari nol. Baginya itu hanya buang- buang tenaga.
Kalau bisa langsung ke atas, kenapa harus dari bawah dulu?
“Mama setuju?” tanya
Revand dengan kening berkerut.
“Awalnya sih enggak.
Tapi gue bujuk terus dan akhirnya setuju juga.” Raja bangkit dan benar- benar
keluar dari ruang kerjanya Papa. Tak berapa lama kemudian Revand juga mengekor
Raja. Keluar dan segera menuju kamar Papa untuk mengatakan semua keinginannya.
Protes maksudnya.
**
Raja menghentikan
mobilnya di depan pamlet bertuliskan ‘Terima anak kos putra dan putri’. Raja
merasa tempat inilah yang cocok untuk tempatnya tinggal. Rumah Papanya yang
besar memang tidak sebanding dengan rumah kos- kosan yang ia lihat sekarang.
Tapi ini pas untuk dirinya tinggal sampai semuanya ia anggap selesai.
Raja masuk ke dalam
halaman rumah kos-kosan itu dan meninggalkan mobil kodoknya di luar pagar.
Sepertinya Raja benar- benar ingin membuang semua fasilitas Papanya. Buktinya
ia masih memakai mobil kodok peninggalan kakek dari Mamanya. Mobil yang tidak
sebanding dengan mobil Revand.
Tidak ada siapa-
siapa di halaman. Kosong dan becek. Sepertinya semua penghuni kos- kosan sedang
keluar, kalau pun enggak pasti mereka sedang berada di dalam kamar mereka
masing- masing dan malas lalu lalang di halaman yang becek. Pokoknya aktivitas
di luar tidak terlihat. Yang terlihat hanya sebuah sepeda berwarna pink.
Raja bingung harus ke
mana? Harus melapor pada siapa? Raja benar- benar nggak tahu di mana ruang yang
empunya kos- kosan sehingga ia bisa tinggal di salah satu kamar. Di tengah
kebingungannya, Raja melihat seorang cewek keluar dari kamarnya sambil membawa
amplop besar. Cewek itu meletakkan amplop besar berwarna cokelat itu ke dalam
keranjang sepeda pink yang sudah siap ia kendarai.
Raja mendekati cewek
itu. Mungkin cewek berkacamata putih itu bisa memberitahunya di mana ruangan
yang empunya kos- kosan.
“Permisi, Mbak..”
Raja menyapa cewek yang sedang membelakanginya.
GEDDUBRAKK!!
Cewek itu kaget dan
Raja juga nggak kalah kaget sapaannya salah arti. Sepeda cewek itu jatuh. Apa
suaranya terlalu mengagetkan?
“Amplopku!!”
Raja merasa bersalah
karena mengagetkan cewek itu sehingga amplop cokelatnya ikut- ikutan jatuh dan
masuk ke kubangan air. Bahkan cewek itupun belum melihat Raja yang tadi bermaksud
menyapanya tapi malah membuatnya kaget.
“Eh maaf, Mbak. Gue
nggak sengaja..” Raja mendirikan kembali sepeda cewek itu.
“Haduh, amplop gue
basah..” cewek itu merobek amplop cokelatnya dan mengeluarkan kumpulan hvs yang
terjilid rapi dari dalamnya. Ternyata kumpulan hvs itu juga ikut- ikutan basah.
“Maaf Mbak. Gue nggak
bermaksud…” Raja menghentikan omongannya. terlanjur mendapat pendelikan dari
cewek yang panik tadi.
Raja merasa semakin
bersalah. Padahal ia nggak bermaksud membuat cewek itu kaget. Atau mungkin
cewek itu yang memang tukang kaget.
Cewek itu nggak
menunjukkan sikap ramahnya pada Raja yang notebene-nya adalah pendatang baru di
kos-kosannya. Cewek itu pergi begitu saja dan masuk lagi ke dalam kamarnya.
Raja makin bingung. Ia
nggak tahu harus ke mana mencari ruangan yang empunya kos- kosan. Ke kiri atau
ke kanan yah? Raja semakin bingung, pasalnya nggak ada lagi orang yang lewat
atau keluar kamar hanya sekedar buang sampah.
“Cap cip cup kembang
kuncup ke kiri atau ke kanan. Ke kiri!” Raja mulai berjalan menurut arah yang
ia undi tadi. Masa bodo ah! Kalau salah arah balik lagi ke kanan. Lumayanlah
buat olahraga, batin Raja.
“Ibu yang punya kos-
kosan?” tanya Raja sembarangan. Nggak mungkin ibu- ibu ngekos juga di sini,
pastilah ibu yang sedikit gendut- eh bukan, memang gendut deh, itu yang empunya
kos- kosan.
“Iya. Kenapa ya? Mau
cari kamar temanmu? Siapa nama temanmu?” tanya ibu itu sambil menggoyangkan
kipasnya.
“Akhirnya..” barulah
Raja bernafas lega. Setelah bolak- balik ke kiri dan ke kanan akhirnya ia
menemukan ruangan yang empunya kos- kosan di kamar paling kiri ujung. Jika saja
ibu gendut yang lebih mirip kanjeng Mami itu nggak keluar, mungkin Raja sudah
kecapean bolak- balik. Ke sana ke mari mencari sesuatu yang belum jelas. Udah
kayak Ayu ting ting aja ke sana ke mari buat mencari alamat yang nggak jelas. Alamat
palsu, sih.
“Apa ada kamar kosong
lagi, Bu?”
“Ada. Kamu mau ngekos
di sini?” tanya Ibu itu sambil mengibas- kibaskan kipasnya.
Raja mengangguk. Nggak
mungkin kan kalau nggak mau ngekos bolak- balik ke sana ke mari.
“Ayo ikut tante.
Tante akan kasih kamu kamar yang paling dekat dengan gerbang.”
Ibu itu mulai
berjalan, dan Raja mengikuti di belakangnya.
“Jangan panggil saya
ibu. Panggil saya Tante. Tante Farah. Oke?”
“Oke..” Raja mengangguk
dan kembali berjalan mengikuti Tante farah.
Tante Farah membawa
Raja ke kamar bertuliskan nomor 5. Kamar yang persis bersebelahan dengan kamar
cewek yang tadi ia celakakan. Tiba-tiba Raja jadi teringat cewek itu. Kalau
cewek itu tau ia tinggal di sebelah kamarnya, pasti cewek itu semakin benci
padanya.
Raja menghela
napasnya. Ternyata hidup tanpa orang tua itu nggak gampang. Nggak segampang seperti
apa yang ia pikirkan selama ini. Beradaptasi, itulah hal yang baru saja
terpikir sulit untuk dilakukannya.
“Ini kunci kamu. Mengenai
harga kamu baca ini dulu. Kamu boleh pilih paket yang mana saja. Setelah masalah
paket beres, pembayaran bisa dibicarakan lagi.” Kata Tante Farah sambil
menggoyang- goyangkan kipasnya yang berwarna biru.
“Oke, Tante..” Ujar Raja
sambil menerima brosur yang diberikan Tante Farah kepadanya.
“Apa ada yang mau
kamu tanyakan lagi?”
“Kalau mobil, aku
parkirkan di depan kamar boleh nggak, Tante?” Raja cemas mobil kodoknya tidak
boleh masuk kos- kosan. Biasanya ibu kos selalu punya aturan sendiri untuk
anak-anak kosannya.
“Boleh. Apapun boleh
kamu bawa. Kendaraan, TV, kulkas, tapi ingat iuran listrik berdasarkan
pemakaian. Jadi kalau kamu mau bawa TV, kulkas, microwave, komputer, atau
apalah yang tersambung dengan listrik, kamu bayar sendiri listriknya. Eh, tapi
kamu mau ngekos atau mau pindahan? Pake bawa- bawa TV, kulkas segala.”
“Mau ngekos dong,
Tante. Aku juga nggak punya kulkas sama TV. Jadi Tante tenang aja.”
“Oh. Tapi ingat!”
Tante Farah mengacungkan jari telunjuknya di depan Raja. Itu pertanda Tante
Farah akan memperingatkannya tentang satu hal. Kalo dua hal, pasti yang
diacungkan jarinya nambah satu lagi. “Kamu nggak boleh bawa sesuatu yang ada kaitannya dengan barang haram.
Seperti narkoba, itu nggak boleh. Setiap minggunya tante memanggil polisi
untuk memeriksa setiap kamar.”
Ternyata Raja salah
duga. Nggak terlalu banyak aturan bukan berarti bisa membawa barang dengan
sesuka hati. Tapi kenapa Raja mesti takut? Hidupnya jauh dari barang- barang
yang melanggar hukum.
“Tenang, Tante. Aku
nggak pernah dekat-dekat dengan narkoba. Semuanya aman.”
“Itu sih terserah
kamu. Pokoknya setiap minggu akan ada razia setiap kamar. Kalau ketahuan, nggak
cuma akan didepak dari kos- kosan tapi juga masuk penjara..” jelas Tante Farah
dengan kipas biru yang selalu ia kibas- kibaskan.
“Ternyata Tante baik
juga, yah. Mau membantu negara mengurangi pemakaian narkoba.” Puji Raja dengan
senyum sedikit meledek. Sedikit saja sih.
“Oh iya dong. Sebagai
warga negara yang baik dan tidak sombong serta rajin menabung, itu wajib
dilakukan.” Ujar Tante Farah masih setia dengan kipas birunya. Sseerrr!! Pasti
adem tuh bawa AC tradisional ke mana- mana.
“Sudah ya. Besok pagi
kamu harus laporan ke Tante tentang paket apa yang kamu pilih..” Tante Farah pergi
tanpa menunggu jawaban dari Raja.
Setelah Tante Farah
pergi, Raja memasukkan kunci pada lubang pintu kamarnya. Pintu terbuka, Raja
pun tak menyia-nyiakan waktu untuk beristirahat di kasur barunya. Dilemparnya
brosur yang entah sudah berapa lama ia pegang, dan meletakkan koper- kopernya
begitu saja di sebelah meja dekat kasurnya. Raja menjatuhkan dirinya ke kasur
dan langsung berkenalan dengan bantal guling.
“Halo kasur baruku.
Mulai sekarang kita berteman, yah..”
Raja menghela
napasnya. Lega rasanya sudah bisa menjalani hidup sebagai orang biasa yang
memulai semuanya dari awal.
TO BE CONTINUED…
**
Oleh : Vivie Hardika SS..
Jangan lupa
tinggalkan kritik dan saran yah! Ke Hardika_cungkring@yahoo.com juga boleh kok.
Apalagi ke akun facebook aku ‘Vivie Hardika Cungkring’. Tapi ingat, nggak boleh
Copas.. Oke..
Xie xie Ni
Secara umum udah menarik. Karakternya juga unik. Akan tetapi aku kok bisa nebak akhir hidupnya si Raja ya? Berharap part 2 sudah mulai konflik :)
BalasHapuslanjutkan :)btw, ini cowok cakep amat, siapa ya?
BalasHapusbagus,, lanjutkan cepet ku tunggu,,,
BalasHapusbtw, backgroundnya cakep amat ya,, sapa tu ?? xoxo
@Ilalang : Hayo tebak bagaimana kisahnya? Hohoho!
BalasHapus@Fiya : Iya say tunggu aja, entar juga aku upload lagi kok :)
Oh ya lupa. Cowoknya itu Raja Mikki Say :)
BalasHapusraja mikki pemain apaan?
BalasHapusRaja Mikki itu boyband say.. Boyband Mikki :)
BalasHapusoh masa... cakep amat... kok kayak orang korea wajahnya... tapi tetep oppa ku yang ku sayang.. LEE JEONG HOON HITZ..hehe
BalasHapusEH, cuma yang ini yang cakep Yang lain kurang. hohohoho..
BalasHapus