Selasa, 27 Desember 2011

DON'T LET ME - EPISODE 1



DON’T LET ME..



EPISODE 1
STARTING FROM ZERO

       
     Aku adalah aku..
                Mimpiku, hanya aku yang boleh meraihnya..

“Kamu yakin nggak membutuhkan Papa, Raj?”
Raja menggelengkan kepalanya dan yakin dengan keputusannya yang sudah ia buat. Meskipun Papa sudah membujuknya berulang kali, Raja tetap keukeuh pada pendiriannya.
“Kenapa Raja? Kalau kamu mau, Papa bisa melakukan semua yang kamu inginkan. Kamu tinggal bilang ke Papa. Apapun Papa siap.”
“No, Pa!” ujarnya dengan senyum simpul. “Raja punya mimpi yang ingin Raja gapai sendiri. Raja ingin memulainya dari Nol. Raja ingin membangun semuanya lewat kemampuan Raja. Bukan karena Papa..”
“Tapi Raj, Papa nggak yakin. Kamu lihat kakak kamu? Dia berhasil tanpa perlu terjatuh. Dunia entartainment itu kejam. Apa jadinya kamu tanpa, Papa?”
“Papa, aku bukan Kak Revand. Aku adalah aku. Please Pa, biarkan Raja memilih jalan Raja sendiri!”
“Baiklah! Papa nggak akan memaksamu lagi..”
“Thanks, Pa!”
“Jaga dirimu baik- baik yah!”
Setelah meneguk separuh coffe-nya, Papa bangkit dan meninggalkan meja kerjanya. Tinggalah Raja dengan senyum simpul tanda kepuasannya. Raja yakin, tanpa Papa semua impiannya akan menjadi nyata. Tanpa Papa Raja bisa menakhlukkan dunianya. Semuanya akan diawali dengan nol. Dari nol!
“Ke mana Papa?” Tiba- tiba Revand datang dan mengagetkan Raja yang masih duduk manis di depan meja kerja Papa. Revand terlihat sedikit bete. Mungkin terjadi sesuatu padanya. Tidaklah mungkin Revand datang ke ruang kerja Papa kalau bukan untuk minta ini dan itu.
“Mungkin ada di kamar. Ada apa lo cari Papa? Mau minta naik honor lagi?”
“Bukan! Gue mau pemeran utama ceweknya di ganti.”
“Lho! Kenapa?” tanya Raja heran.
“Haduh! Lo liat dong gue! Tinggi, putih, mulus. Mana cocok dipasangkan sama artis kacangan kayak si Delia itu.” Ujar Revand lagi.
“Ya ampun. Delia kan cantik. Dia juga masih hangat di infotainment..”
“Nah! Itu dia yang jadi masalahnya. Artis infotainment nggak cocok banget beradu akting sama gue. Gue ini actor bebas gosip. Tanpa issue- issue yang nggak penting itu gue laku kok. Kontrak mengalir terus.” Ujar Revand mempromosikan dirinya di depan Raja. Sebenarnya, tanpa dipromosikan begitupun, Raja sudah tahu bagaimana Kakaknya sebenarnya.
“Ya jelaslah. Kan ada bokap. Lo nggak perlu casting sana sini cuma buat dapetin peran. Kalo lo nggak mau sama Delia, terus.. lo maunya siapa?” tanya Raja sedikit penasaran.
No body perfect, tapi Revand nggak peduli dengan pepatah itu. Baginya, yang berhak beradu akting dengannya hanya artis- artis bernilai sepuluh. Full beautiful dan bebas dari gosip murahan.
“Banyak kali artis yang cantik dan bebas gosip murahan. Contohnya, Laudya Chintya Bella, Chelsea Olivia, Laura Basuki, Jessica iskandar, Bunga zainal, kenapa harus Delia Putri? Bangun tidur masuk infotainment, pacaran masuk infotainment, putus masuk infotainment juga, cuma ke kamar mandi aja nggak masuk infotainment. Heran deh gue..”
“Gila lo. Ya, nggak mungkin lah! Protes sendiri sana sama Papa..”
Raja bangkit dan nggak mau lagi ambil pusing dengan masalah Revand yang mau ini dan nggak mau itu. Sebodo amat!
“Eh tunggu! Lo yakin nggak mau pake nama Papa di belakang nama lo?”
Raja menggeleng. Kemudian tersenyum simpul ke Revand yang juga belum memperceyai kalau Raja tidak akan melakukan hal yang sama seperti dirinya.
“Lo jangan bego deh! Lo itu nggak perlu pura- pura jadi orang biasa. Kalo lo mau, lo bisa minta Papa bikinin lo film, sinetron, atau apalah! Yang penting lo nggak perlu dari bawah. Pake keluar rumah segala lagi..”
Raja nggak jadi pergi, ia duduk lagi dan merasa harus menjelaskan sesuatu kepada Revand. “Gue nggak mau! Gue mau mulai semuanya dari bawah. Gue mau semua orang kenal gue bukan karena Papa. Gue mau terkenal tanpa nama Papa di belakang nama gue..”
“Gila lo ya. Udah enak, lo malah cari susahnya. Heran deh gue sama jalan pikiran lo!”
Sama, Raja juga heran liat sikap kakaknya yang memandang segala sesuatunya haruslah sempurna. Kesempurnaan hanya miliknya dan ia juga harus memilikinya.
“Udah lah, Kak. Lo nggak perlu khawatir sama gue. Gue kan bukan anak kecil lagi…”
“Tapi apa harus sampai keluar segala dari rumah?”
“Ya haruslah. Entar kalo tiba- tiba wartawan datang ke rumah ini terus ngeliat gue, apa cerita? Sia- sia dong usaha gue..”
Revand menggeleng heran. Ia nggak mengerti bagaimana bisa Raja berpikir untuk keluar dari rumah yang membesarkannya dan mulai lagi dari nol. Baginya itu hanya buang- buang tenaga. Kalau bisa langsung ke atas, kenapa harus dari bawah dulu?
“Mama setuju?” tanya Revand dengan kening berkerut.
“Awalnya sih enggak. Tapi gue bujuk terus dan akhirnya setuju juga.” Raja bangkit dan benar- benar keluar dari ruang kerjanya Papa. Tak berapa lama kemudian Revand juga mengekor Raja. Keluar dan segera menuju kamar Papa untuk mengatakan semua keinginannya. Protes maksudnya.
**

Raja menghentikan mobilnya di depan pamlet bertuliskan ‘Terima anak kos putra dan putri’. Raja merasa tempat inilah yang cocok untuk tempatnya tinggal. Rumah Papanya yang besar memang tidak sebanding dengan rumah kos- kosan yang ia lihat sekarang. Tapi ini pas untuk dirinya tinggal sampai semuanya ia anggap selesai.
Raja masuk ke dalam halaman rumah kos-kosan itu dan meninggalkan mobil kodoknya di luar pagar. Sepertinya Raja benar- benar ingin membuang semua fasilitas Papanya. Buktinya ia masih memakai mobil kodok peninggalan kakek dari Mamanya. Mobil yang tidak sebanding dengan mobil Revand.
Tidak ada siapa- siapa di halaman. Kosong dan becek. Sepertinya semua penghuni kos- kosan sedang keluar, kalau pun enggak pasti mereka sedang berada di dalam kamar mereka masing- masing dan malas lalu lalang di halaman yang becek. Pokoknya aktivitas di luar tidak terlihat. Yang terlihat hanya sebuah sepeda berwarna pink.
Raja bingung harus ke mana? Harus melapor pada siapa? Raja benar- benar nggak tahu di mana ruang yang empunya kos- kosan sehingga ia bisa tinggal di salah satu kamar. Di tengah kebingungannya, Raja melihat seorang cewek keluar dari kamarnya sambil membawa amplop besar. Cewek itu meletakkan amplop besar berwarna cokelat itu ke dalam keranjang sepeda pink yang sudah siap ia kendarai.
Raja mendekati cewek itu. Mungkin cewek berkacamata putih itu bisa memberitahunya di mana ruangan yang empunya kos- kosan.
“Permisi, Mbak..” Raja menyapa cewek yang sedang membelakanginya.
GEDDUBRAKK!!
Cewek itu kaget dan Raja juga nggak kalah kaget sapaannya salah arti. Sepeda cewek itu jatuh. Apa suaranya terlalu mengagetkan?
“Amplopku!!”
Raja merasa bersalah karena mengagetkan cewek itu sehingga amplop cokelatnya ikut- ikutan jatuh dan masuk ke kubangan air. Bahkan cewek itupun belum melihat Raja yang tadi bermaksud menyapanya tapi malah membuatnya kaget.
“Eh maaf, Mbak. Gue nggak sengaja..” Raja mendirikan kembali sepeda cewek itu.
“Haduh, amplop gue basah..” cewek itu merobek amplop cokelatnya dan mengeluarkan kumpulan hvs yang terjilid rapi dari dalamnya. Ternyata kumpulan hvs itu juga ikut- ikutan basah.
“Maaf Mbak. Gue nggak bermaksud…” Raja menghentikan omongannya. terlanjur mendapat pendelikan dari cewek yang panik tadi.
Raja merasa semakin bersalah. Padahal ia nggak bermaksud membuat cewek itu kaget. Atau mungkin cewek itu yang memang tukang kaget.
Cewek itu nggak menunjukkan sikap ramahnya pada Raja yang notebene-nya adalah pendatang baru di kos-kosannya. Cewek itu pergi begitu saja dan masuk lagi ke dalam kamarnya.
Raja makin bingung. Ia nggak tahu harus ke mana mencari ruangan yang empunya kos- kosan. Ke kiri atau ke kanan yah? Raja semakin bingung, pasalnya nggak ada lagi orang yang lewat atau keluar kamar hanya sekedar buang sampah.
“Cap cip cup kembang kuncup ke kiri atau ke kanan. Ke kiri!” Raja mulai berjalan menurut arah yang ia undi tadi. Masa bodo ah! Kalau salah arah balik lagi ke kanan. Lumayanlah buat olahraga, batin Raja.
“Ibu yang punya kos- kosan?” tanya Raja sembarangan. Nggak mungkin ibu- ibu ngekos juga di sini, pastilah ibu yang sedikit gendut- eh bukan, memang gendut deh, itu yang empunya kos- kosan.
“Iya. Kenapa ya? Mau cari kamar temanmu? Siapa nama temanmu?” tanya ibu itu sambil menggoyangkan kipasnya.
“Akhirnya..” barulah Raja bernafas lega. Setelah bolak- balik ke kiri dan ke kanan akhirnya ia menemukan ruangan yang empunya kos- kosan di kamar paling kiri ujung. Jika saja ibu gendut yang lebih mirip kanjeng Mami itu nggak keluar, mungkin Raja sudah kecapean bolak- balik. Ke sana ke mari mencari sesuatu yang belum jelas. Udah kayak Ayu ting ting aja ke sana ke mari buat mencari alamat yang nggak jelas. Alamat palsu, sih.
“Apa ada kamar kosong lagi, Bu?”
“Ada. Kamu mau ngekos di sini?” tanya Ibu itu sambil mengibas- kibaskan kipasnya.
Raja mengangguk. Nggak mungkin kan kalau nggak mau ngekos bolak- balik ke sana ke mari.
“Ayo ikut tante. Tante akan kasih kamu kamar yang paling dekat dengan gerbang.”
Ibu itu mulai berjalan, dan Raja mengikuti di belakangnya.
“Jangan panggil saya ibu. Panggil saya Tante. Tante Farah. Oke?”
“Oke..” Raja mengangguk dan kembali berjalan mengikuti Tante farah.
Tante Farah membawa Raja ke kamar bertuliskan nomor 5. Kamar yang persis bersebelahan dengan kamar cewek yang tadi ia celakakan. Tiba-tiba Raja jadi teringat cewek itu. Kalau cewek itu tau ia tinggal di sebelah kamarnya, pasti cewek itu semakin benci padanya.
Raja menghela napasnya. Ternyata hidup tanpa orang tua itu nggak gampang. Nggak segampang seperti apa yang ia pikirkan selama ini. Beradaptasi, itulah hal yang baru saja terpikir sulit untuk dilakukannya.
“Ini kunci kamu. Mengenai harga kamu baca ini dulu. Kamu boleh pilih paket yang mana saja. Setelah masalah paket beres, pembayaran bisa dibicarakan lagi.” Kata Tante Farah sambil menggoyang- goyangkan kipasnya yang berwarna biru.
“Oke, Tante..” Ujar Raja sambil menerima brosur yang diberikan Tante Farah kepadanya.
“Apa ada yang mau kamu tanyakan lagi?”
“Kalau mobil, aku parkirkan di depan kamar boleh nggak, Tante?” Raja cemas mobil kodoknya tidak boleh masuk kos- kosan. Biasanya ibu kos selalu punya aturan sendiri untuk anak-anak kosannya.
“Boleh. Apapun boleh kamu bawa. Kendaraan, TV, kulkas, tapi ingat iuran listrik berdasarkan pemakaian. Jadi kalau kamu mau bawa TV, kulkas, microwave, komputer, atau apalah yang tersambung dengan listrik, kamu bayar sendiri listriknya. Eh, tapi kamu mau ngekos atau mau pindahan? Pake bawa- bawa TV, kulkas segala.”
“Mau ngekos dong, Tante. Aku juga nggak punya kulkas sama TV. Jadi Tante tenang aja.”
“Oh. Tapi ingat!” Tante Farah mengacungkan jari telunjuknya di depan Raja. Itu pertanda Tante Farah akan memperingatkannya tentang satu hal. Kalo dua hal, pasti yang diacungkan jarinya nambah satu lagi. “Kamu nggak boleh bawa sesuatu  yang ada kaitannya dengan barang haram. Seperti narkoba, itu nggak boleh. Setiap minggunya tante memanggil polisi untuk  memeriksa setiap kamar.”
Ternyata Raja salah duga. Nggak terlalu banyak aturan bukan berarti bisa membawa barang dengan sesuka hati. Tapi kenapa Raja mesti takut? Hidupnya jauh dari barang- barang yang melanggar hukum.
“Tenang, Tante. Aku nggak pernah dekat-dekat dengan narkoba. Semuanya aman.”
“Itu sih terserah kamu. Pokoknya setiap minggu akan ada razia setiap kamar. Kalau ketahuan, nggak cuma akan didepak dari kos- kosan tapi juga masuk penjara..” jelas Tante Farah dengan kipas biru yang selalu ia kibas- kibaskan.
“Ternyata Tante baik juga, yah. Mau membantu negara mengurangi pemakaian narkoba.” Puji Raja dengan senyum sedikit meledek. Sedikit saja sih.
“Oh iya dong. Sebagai warga negara yang baik dan tidak sombong serta rajin menabung, itu wajib dilakukan.” Ujar Tante Farah masih setia dengan kipas birunya. Sseerrr!! Pasti adem tuh bawa AC tradisional ke mana- mana.
“Sudah ya. Besok pagi kamu harus laporan ke Tante tentang paket apa yang kamu pilih..” Tante Farah pergi tanpa menunggu jawaban dari Raja.
Setelah Tante Farah pergi, Raja memasukkan kunci pada lubang pintu kamarnya. Pintu terbuka, Raja pun tak menyia-nyiakan waktu untuk beristirahat di kasur barunya. Dilemparnya brosur yang entah sudah berapa lama ia pegang, dan meletakkan koper- kopernya begitu saja di sebelah meja dekat kasurnya. Raja menjatuhkan dirinya ke kasur dan langsung berkenalan dengan bantal guling.
“Halo kasur baruku. Mulai sekarang kita berteman, yah..”
Raja menghela napasnya. Lega rasanya sudah bisa menjalani hidup sebagai orang biasa yang memulai semuanya dari awal.
TO BE CONTINUED…
**
Oleh : Vivie Hardika SS..
Jangan lupa tinggalkan kritik dan saran yah! Ke Hardika_cungkring@yahoo.com juga boleh kok. Apalagi ke akun facebook aku ‘Vivie Hardika Cungkring’. Tapi ingat, nggak boleh Copas.. Oke..
Xie xie Ni 

9 komentar:

  1. Secara umum udah menarik. Karakternya juga unik. Akan tetapi aku kok bisa nebak akhir hidupnya si Raja ya? Berharap part 2 sudah mulai konflik :)

    BalasHapus
  2. lanjutkan :)btw, ini cowok cakep amat, siapa ya?

    BalasHapus
  3. bagus,, lanjutkan cepet ku tunggu,,,
    btw, backgroundnya cakep amat ya,, sapa tu ?? xoxo

    BalasHapus
  4. @Ilalang : Hayo tebak bagaimana kisahnya? Hohoho!

    @Fiya : Iya say tunggu aja, entar juga aku upload lagi kok :)

    BalasHapus
  5. Oh ya lupa. Cowoknya itu Raja Mikki Say :)

    BalasHapus
  6. Raja Mikki itu boyband say.. Boyband Mikki :)

    BalasHapus
  7. oh masa... cakep amat... kok kayak orang korea wajahnya... tapi tetep oppa ku yang ku sayang.. LEE JEONG HOON HITZ..hehe

    BalasHapus
  8. EH, cuma yang ini yang cakep Yang lain kurang. hohohoho..

    BalasHapus

Jangan malu- malu untuk berkomentar. Silahkan berikan komentar terbaik anda ^_^ Xie Xie Ni