DON’T LET ME..
EPISODE 8
DON’T LET ME
JEALOUS
“Lo takut kesaing sama gue? Iya kan?
Atau lo emang beneran suka sama Caca?”
“Raja!” panggil Caca.
“Lo harus coba ini,
Raj!” kata Caca lagi.
Raja mendekati banner
yang berdiri tegak di sebelah Caca, lalu memperhatikannya dengan baik.
“Bintang videoklip
band baru..” Raja terlihat antusias, tapi mimik wajahnya kembali murung.
“kenapa, raj?”
“Udah malam. Kayanya
kita harus pulang deh, Ca.”
“Kamu nggak mau nyoba
dulu? Siapa tau aja kamu keterima.” Bujuk Caca lagi.
“Tapi.. kamu gimana? Ini kan udah malem? Ntar kalo gue
ikutan, malah makin malam.” Jelas Raja.
“Nggak apa- apa lagi,
Raj. Kamu ikutan aja, nggak usah mikirin aku. Selama aku nggak bosan, aku akan
nungguin kamu kok sampai selesai.”
“Kalo kamu bosan,
terus aku nggak kelar juga?” potong Raja..
“Ya gue pulang
sendiri!” cetus Caca.
“Yeee, sama aja
boong!” Raja kembali merengut.
“Bercanda gue. Udah sana
masuk! Gue nunggu di sini aja. Sekalian nyari inspirasi gitu..” ujar Caca
sembari mendorong Raja untuk masuk ke ruang audisi.
Raja tak berkomentar
apa- apa lagi. Diikutinya saran Caca untuk mengikuti audisi tersebut. Raja tahu
audisi ini nggak bakalan cepat, tapi Caca sudah bilang mau menunggunya sampai
selesai.
“Doain gue berhasil
yah, Ca..”
“Iya. Good luck ya,
Raj. Cia You..”
“Xie xie ni!” Raja
menganggukkan kepalanya, lalu tanpa ragu berbalik badan untuk mengikuti audisi
pencarian model video klip sebuah band baru.
**
Lama juga caca
menunggu di luar sendiri. Tak ada yang bisa ia lakukan kecuali berdiri sambil
melongo ke sana ke mari. Melihat lalu lalang pengunjung mall sampai satpam di
lantai dasarpun tak luput dari perhatiannya.
Rasa bosan mulai
menghantuinya. Ia ingin rasanya cepat sampai, tapi bagaimana dengan Raja? Tadi
ia berjanji untuk menunggu Raja di luar. Ah, mungkin sebentar lagi Raja akan
keluar, dengan hasil yang memuaskan tentunya, batin Caca.
Maka Caca tetap
berada di tempat. Kembali melihat pengunjung mall yang tak sedikit dalam diam.
Caca tersentak.
Seseorang telah mengagetkannya. Orang itu menepuk pundak Caca tanpa suara. Caca
berbalik. Sedikit parno. Ia takut kalau yang menepuk itu seorang hipnoter
jahat. Mudah- mudahan bukan, doa Caca.
Haaahhh.. Caca
bernafas lega saat melihat siapa yang ada di belakangnya.
“Kenapa? Kok mukanya
panik gitu?” tanya Caca pada Raja yang sempat membuatnya takut.
Raja tetap diam. Ia
tidak berkata sepatah katapun. Ia terus diam dan merunduk. Menyembunyikan
wajahnya dari sorot mata Caca.
“Ya udah. Mungkin
emang belum rejeki. Sabar yah! Gue yakin masih banyak casting- casting lain
menanti. Lo nggak boleh gitu kenapa sih? Gue jadi ingat adek gue nih! Kalo
gagal jadi juara kelas, pasti mukanya ditekuk kayak muka lo. Dan persamaan
lainnya adalah, muka kalian sama- sama jelek kalau ditekuk begitu. Ahahaha..”
Caca berusaha membuat
Raja lebih tegar. Banyolan kecil, ia rasa bisa membantu.
“Dasar! Siapa yang
jelek? Gue atau lo?” Raja meraup muka Caca saking geramnya.
“Elo tuh yang jelek.
Tuh kan, jelek. Wek!”
Raja membalas ejekan
Caca, dan berbalik menjulurkan lidahnya. “Yuk pulang!”
Raja dan Caca
memutuskan untuk pulang. Perburuan hari ini cukup sudah. Karena hari sudah
gelap, ya pulang saja.
**
Raja memparkirkan mobilnya tepat di depan kamar kosannya.
Langit malam yang dipenuhi bintang, serta bulan yang indah, membuat keduanya
enggan kembali ke kamar masing- masing. Baik Raja dan Caca masih ingin menghabiskan
malam ini dengan menatap bintang yang benderang. Pemandangan yang sangat jarang
sekali terlihat di kota besar seperti Jakarta.
“Malam ini indah ya Raj.” Tutur Caca membuka obrolan.
Matanya sama sekali belum lepas pada langit malam yang dikatakannya indah tadi.
“Iya. Langit malam yang gemerlap ini jarang ya kita
temui di Jakarta.” Pandangan Raja tak selaras dengan ucapannya. Ia malah fokus
pada gadis yang berada di sampingnya, bukan pada langit yang gemerlap.
“Besok pagi temenin gue ya.”
“Temenin ke mana?” tanya Caca dengan kening berkerut.
“Syuting video klip!” ujar Raja dengan senyum yang sedikit
mengembang.
Caca terpelongo mendengar penuturan Raja barusan.
Barulah ia merasa dikerjain sedari tadi.
“Syuting?? Bukannya lo bilang tadi… Ooo, jadi lo tadi
ngerjain gue? Haah? Lo bilang nggak lolos, padahal lo lolos kan? Iyakan?”
“Hehehe.. iya Ca. gue sengaja aja, pingin liat
ekspresi lo tadi. Dan ternyata jelek banget. Hahaha..”
Caca menyambar kuping Raja dan menjewernya. Raja
meringis kesakitan, barulah Caca melepaskan tangannya.
“Dasar kunyuuukk..”
“Jadi, lo mau nggak nemenin gue besok. Hhmm, video
klipnya membutuhkan banyak pemeran, nah karena banyak yang lolos, makanya gue
juga ikutan lolos!” cerita Raja menjelaskan kenapa ia bisa keterima.
“Ooo gitu. Tapi tetep aja gue nggak terima lo kerjain.
Awas ya lo!”
Caca ingin mencubit Raja, tapi Raja keburu lari.
Eeehhhmmm..
Seseorang membuat Raja maupun Caca berhenti. Mereka
berbalik dan menemukan Ari di belakang mereka.
“Oo, jadi kalian asyik- asyik di sini, sementara gue
digigitin nyamuk di depan kamar Caca.” Protes Ari.
“Lo ngapain di depan kamar Caca?” tanya Raja sedikit
sinis.
“Ya nungguin Caca lah. Emang nungguin elo? Buat apa?”
“Nungguin gue? Emangnya ada apa, Ri? Kok nggak bilang
mau mampir?”
“Niatnya sih tadi mau ngajak lo jalan, tapi udah
keduluan sama Raja. Sial!” Ari mulai kesal.
“Maaf Ari, anda kurang beruntung. Cobalah lain kali
lagi.” Ejek Raja.
“Maaf Ari. Sebenernya tadi gue traktir Raja, lalu di
mall lagi diadain casting buat syuting video klip band pendatang baru, makanya
kemaleman. Lo tau nggak, Raja lolos casting lho.”
“Ooo.. bagus deh kalau gitu. Besok lo gue jemput ya,
Ca!” ujar Ari tanpa menghiraukan Raja lagi.
“Mau ke mana?”
“Jalan- jalan lah! Pengganti hari ini yang gagal!”
seru Ari dengan tampang yang masih saja kesal.
“Eits, nggak bisa. Caca udah janji sama gue buat
temenin gue syuting besok.”
“Apaan sih lo? Lo kan udah hari ini, giliran gue dong!”
Tampang Ari mulai sangar. Ia kurang senang melihat Raja terus memotong niatnya
jalan bareng Caca.
“Nggak bisa!”
“Ari, Raja,
udah dong. Kalian kok jadi gini sih? Kalau begini caranya, aku yang ogah
jalan bareng kalian besok!”
Caca langsung masuk ke dalam kamar kosannya. Tanpa
kata pamit, ia menutup pintu dan tetap membiarkan Dua sahabat itu menunggu di
depan kamar kosannya.
“Siapa yang tercepat, dia dapat!” tantang Raja.
Kedua mata mereka saling beradu. Saling menantang satu
sama lain. Suasana yang hening, dan tiada larangan membuat mereka berdua
berhenti saling menatap. Raja dan Ari sama- sama menoleh.
“Caca..” panggil Ari.
“Elo sih! Jadi kabur kan tuh cewek!” Raja langsung
menyalahkan sahabat baiknya.
Ari diam. Ia tak menyambut kata- kata yang
mempersalahkannya. Ari berbalik dan hendak pergi. Tapi kata- kata Raja membuat
Ari menghentikan langkahnya.
“Kalo lo sahabat gue, berhenti ngedeketin dia. Lo
seharusnya ngedukung -omongan gue. Dia itu gadis baik- baik.” Ujar Raja
setengah berteriak.
“Lo takut kesaing sama gue? Iya kan? Atau lo emang
beneran suka sama Caca?”
“Siapa bilang? Udah berapa kali gue bilang, kita
berdua itu Cuma temenan. Gue nggak mau aja Caca kejebak cinta lo.”
“Udahlah! Yang berhak nentuin itu cuma Caca. Lo nggak
perlu ngabisin suara lo buat ngelarang gue ngedeketin Caca. Karena percuma! Gue
akan tetap ngedeketin dia.”
Raja geram. Digenggamnya jemari tangannya. Ingin
rasanya Raja meratakan wajah Ari saat itu juga. Namun ia ingat, kalau ia tetap
ngotot ngelarang, mungkin semuanya akan selesai sampai di sini. Persahabatannya
dengan Ari.
“Kita liat aja besok siapa yang lebih dulu!”
“Oke!”
Ari tak menyahut lagi. Ia berbalik dan terus berlalu
membiarkan Raja sendiri bertemankan kekesalannya. Sedangkan gadis yang bernama
Caca itu, entah apa yang sedang ia pikirkan sekarang.
**
Raja membuka matanya. Rasa tidak enak mulai
menyerangnya. Ada apa ya? Apa yang membuat pikiranku tak seenak pagi ini? Batin
Raja.
Ia bangkit dan meraih jam yang berada di atas meja di
sebelah kasurnya. Raja mengusap- usap
kedua matanya supaya lebih jelas melihat angka- angka tersebut.
Matanya membesar saat mendapatkan jarum pendek di jam
tersebut mengarah ke angka 9. Raja panik. Hari ini harusnya ia lebih dulu.
Aahh..
Raja membanting jam itu ke kasur, lalu beralih ke
jendela dan membuka tirainya. Ternyata benar. Jamnya tidak salah. Hari memang
sudah siang.
“Aaahh, kenapa aku bisa telat gini sih?”
Raja buru- buru membuka pintu. Berlari ke kamar
sebelah. Berharap Ari tak jadi datang, atau Caca menolak ajakan Ari hari ini.
Ia berharap betul. Namun, kamar Caca hening. Sepi. Tiada siapapun. Kamar Caca
kosong, dan itu artinya, hari ini ia gagal jalan bareng Caca, dan memintanya
menemaninya pergi syuting. Ari, he’s the winner!
SIAL!!
TO BE
CONTINUED…
**
Oleh : Vivie
Hardika SS..
Jangan lupa tulis kritik dan sarannya di dalam kotak
komentar yah! Tapi ingat, nggak boleh Copas.. Oke..
Xie xie Ni
salam kenal kak^^
BalasHapusceritanya keren, bikin penasaran...
tapi kok nggak di lanjutin?
#NewComer
lagi terkena writers block. hhihihi makasih ya udah baca :)
Hapus