Minggu, 06 Mei 2012

DON'T LET ME - EPISODE 8


DON’T LET ME..

EPISODE 8
DON’T  LET ME   JEALOUS


“Lo takut kesaing sama gue? Iya kan? Atau lo emang beneran suka sama Caca?”


“Raja!” panggil Caca.
Rajapun mengehentikan langkahnya dan menoleh ke arah yang di tunjuk oleh Caca.
“Lo harus coba ini, Raj!” kata Caca lagi.
Raja mendekati banner yang berdiri tegak di sebelah Caca, lalu memperhatikannya dengan baik.
“Bintang videoklip band baru..” Raja terlihat antusias, tapi mimik wajahnya kembali murung.
“kenapa, raj?”
“Udah malam. Kayanya kita harus pulang deh, Ca.”
“Kamu nggak mau nyoba dulu? Siapa tau aja kamu keterima.” Bujuk Caca lagi.
“Tapi.. kamu  gimana? Ini kan udah malem? Ntar kalo gue ikutan, malah makin malam.” Jelas Raja.

“Nggak apa- apa lagi, Raj. Kamu ikutan aja, nggak usah mikirin aku. Selama aku nggak bosan, aku akan nungguin kamu kok sampai selesai.”
“Kalo kamu bosan, terus aku nggak kelar juga?” potong Raja..
“Ya gue pulang sendiri!” cetus Caca.
“Yeee, sama aja boong!” Raja kembali merengut.
“Bercanda gue. Udah sana masuk! Gue nunggu di sini aja. Sekalian nyari inspirasi gitu..” ujar Caca sembari mendorong Raja untuk masuk ke ruang audisi.
Raja tak berkomentar apa- apa lagi. Diikutinya saran Caca untuk mengikuti audisi tersebut. Raja tahu audisi ini nggak bakalan cepat, tapi Caca sudah bilang mau menunggunya sampai selesai.
“Doain gue berhasil yah, Ca..”
“Iya. Good luck ya, Raj. Cia You..”
“Xie xie ni!” Raja menganggukkan kepalanya, lalu tanpa ragu berbalik badan untuk mengikuti audisi pencarian model video klip sebuah band baru.
**

Lama juga caca menunggu di luar sendiri. Tak ada yang bisa ia lakukan kecuali berdiri sambil melongo ke sana ke mari. Melihat lalu lalang pengunjung mall sampai satpam di lantai dasarpun tak luput dari perhatiannya.
Rasa bosan mulai menghantuinya. Ia ingin rasanya cepat sampai, tapi bagaimana dengan Raja? Tadi ia berjanji untuk menunggu Raja di luar. Ah, mungkin sebentar lagi Raja akan keluar, dengan hasil yang memuaskan tentunya, batin Caca.
Maka Caca tetap berada di tempat. Kembali melihat pengunjung mall yang tak sedikit dalam diam.
Caca tersentak. Seseorang telah mengagetkannya. Orang itu menepuk pundak Caca tanpa suara. Caca berbalik. Sedikit parno. Ia takut kalau yang menepuk itu seorang hipnoter jahat. Mudah- mudahan bukan, doa Caca.
Haaahhh.. Caca bernafas lega saat melihat siapa yang ada di belakangnya.
“Kenapa? Kok mukanya panik gitu?” tanya Caca pada Raja yang sempat membuatnya takut.
Raja tetap diam. Ia tidak berkata sepatah katapun. Ia terus diam dan merunduk. Menyembunyikan wajahnya dari sorot mata Caca.
“Ya udah. Mungkin emang belum rejeki. Sabar yah! Gue yakin masih banyak casting- casting lain menanti. Lo nggak boleh gitu kenapa sih? Gue jadi ingat adek gue nih! Kalo gagal jadi juara kelas, pasti mukanya ditekuk kayak muka lo. Dan persamaan lainnya adalah, muka kalian sama- sama jelek kalau ditekuk begitu. Ahahaha..”
Caca berusaha membuat Raja lebih tegar. Banyolan kecil, ia rasa bisa membantu.
“Dasar! Siapa yang jelek? Gue atau lo?” Raja meraup muka Caca saking geramnya.
“Elo tuh yang jelek. Tuh kan, jelek. Wek!”
Raja membalas ejekan Caca, dan berbalik menjulurkan lidahnya. “Yuk pulang!”
Raja dan Caca memutuskan untuk pulang. Perburuan hari ini cukup sudah. Karena hari sudah gelap, ya pulang saja.
**

Raja memparkirkan mobilnya tepat di depan kamar kosannya. Langit malam yang dipenuhi bintang, serta bulan yang indah, membuat keduanya enggan kembali ke kamar masing- masing. Baik Raja dan Caca masih ingin menghabiskan malam ini dengan menatap bintang yang benderang. Pemandangan yang sangat jarang sekali terlihat di kota besar seperti Jakarta.
“Malam ini indah ya Raj.” Tutur Caca membuka obrolan. Matanya sama sekali belum lepas pada langit malam yang dikatakannya indah tadi.
“Iya. Langit malam yang gemerlap ini jarang ya kita temui di Jakarta.” Pandangan Raja tak selaras dengan ucapannya. Ia malah fokus pada gadis yang berada di sampingnya, bukan pada langit yang gemerlap.
“Besok pagi temenin gue ya.”
“Temenin ke mana?” tanya Caca dengan kening berkerut.
“Syuting video klip!” ujar Raja dengan senyum yang sedikit mengembang.
Caca terpelongo mendengar penuturan Raja barusan. Barulah ia merasa dikerjain sedari tadi.
“Syuting?? Bukannya lo bilang tadi… Ooo, jadi lo tadi ngerjain gue? Haah? Lo bilang nggak lolos, padahal lo lolos kan? Iyakan?”
“Hehehe.. iya Ca. gue sengaja aja, pingin liat ekspresi lo tadi. Dan ternyata jelek banget. Hahaha..”
Caca menyambar kuping Raja dan menjewernya. Raja meringis kesakitan, barulah Caca melepaskan tangannya.
“Dasar kunyuuukk..”
“Jadi, lo mau nggak nemenin gue besok. Hhmm, video klipnya membutuhkan banyak pemeran, nah karena banyak yang lolos, makanya gue juga ikutan lolos!” cerita Raja menjelaskan kenapa ia bisa keterima.
“Ooo gitu. Tapi tetep aja gue nggak terima lo kerjain. Awas ya lo!”
Caca ingin mencubit Raja, tapi Raja keburu lari.
Eeehhhmmm..
Seseorang membuat Raja maupun Caca berhenti. Mereka berbalik dan menemukan Ari di belakang mereka.
“Oo, jadi kalian asyik- asyik di sini, sementara gue digigitin nyamuk di depan kamar Caca.” Protes Ari.
“Lo ngapain di depan kamar Caca?” tanya Raja sedikit sinis.
“Ya nungguin Caca lah. Emang nungguin elo? Buat apa?”
“Nungguin gue? Emangnya ada apa, Ri? Kok nggak bilang mau mampir?”
“Niatnya sih tadi mau ngajak lo jalan, tapi udah keduluan sama Raja. Sial!” Ari mulai kesal.
“Maaf Ari, anda kurang beruntung. Cobalah lain kali lagi.” Ejek Raja.
“Maaf Ari. Sebenernya tadi gue traktir Raja, lalu di mall lagi diadain casting buat syuting video klip band pendatang baru, makanya kemaleman. Lo tau nggak, Raja lolos casting lho.”
“Ooo.. bagus deh kalau gitu. Besok lo gue jemput ya, Ca!” ujar Ari tanpa menghiraukan Raja lagi.
“Mau ke mana?”
“Jalan- jalan lah! Pengganti hari ini yang gagal!” seru Ari dengan tampang yang masih saja kesal.
“Eits, nggak bisa. Caca udah janji sama gue buat temenin gue syuting besok.”
“Apaan sih lo? Lo kan udah hari ini, giliran gue dong!” Tampang Ari mulai sangar. Ia kurang senang melihat Raja terus memotong niatnya jalan bareng Caca.
“Nggak bisa!”
“Ari, Raja,  udah dong. Kalian kok jadi gini sih? Kalau begini caranya, aku yang ogah jalan bareng kalian besok!”
Caca langsung masuk ke dalam kamar kosannya. Tanpa kata pamit, ia menutup pintu dan tetap membiarkan Dua sahabat itu menunggu di depan kamar kosannya.
“Siapa yang tercepat, dia dapat!” tantang Raja.
Kedua mata mereka saling beradu. Saling menantang satu sama lain. Suasana yang hening, dan tiada larangan membuat mereka berdua berhenti saling menatap. Raja dan Ari sama- sama menoleh.
“Caca..” panggil Ari.
“Elo sih! Jadi kabur kan tuh cewek!” Raja langsung menyalahkan sahabat baiknya.
Ari diam. Ia tak menyambut kata- kata yang mempersalahkannya. Ari berbalik dan hendak pergi. Tapi kata- kata Raja membuat Ari menghentikan langkahnya.
“Kalo lo sahabat gue, berhenti ngedeketin dia. Lo seharusnya ngedukung -omongan gue. Dia itu gadis baik- baik.” Ujar Raja setengah berteriak.
“Lo takut kesaing sama gue? Iya kan? Atau lo emang beneran suka sama Caca?”
“Siapa bilang? Udah berapa kali gue bilang, kita berdua itu Cuma temenan. Gue nggak mau aja Caca kejebak cinta lo.”
“Udahlah! Yang berhak nentuin itu cuma Caca. Lo nggak perlu ngabisin suara lo buat ngelarang gue ngedeketin Caca. Karena percuma! Gue akan tetap ngedeketin dia.”
Raja geram. Digenggamnya jemari tangannya. Ingin rasanya Raja meratakan wajah Ari saat itu juga. Namun ia ingat, kalau ia tetap ngotot ngelarang, mungkin semuanya akan selesai sampai di sini. Persahabatannya dengan Ari.
“Kita liat aja besok siapa yang lebih dulu!”
“Oke!”
Ari tak menyahut lagi. Ia berbalik dan terus berlalu membiarkan Raja sendiri bertemankan kekesalannya. Sedangkan gadis yang bernama Caca itu, entah apa yang sedang ia pikirkan sekarang.
**

Raja membuka matanya. Rasa tidak enak mulai menyerangnya. Ada apa ya? Apa yang membuat pikiranku tak seenak pagi ini? Batin Raja.
Ia bangkit dan meraih jam yang berada di atas meja di sebelah kasurnya. Raja mengusap-  usap kedua matanya supaya lebih jelas melihat angka- angka tersebut.
Matanya membesar saat mendapatkan jarum pendek di jam tersebut mengarah ke angka 9. Raja panik. Hari ini harusnya ia lebih dulu.
Aahh..
Raja membanting jam itu ke kasur, lalu beralih ke jendela dan membuka tirainya. Ternyata benar. Jamnya tidak salah. Hari memang sudah siang.
“Aaahh, kenapa aku bisa telat gini sih?”
Raja buru- buru membuka pintu. Berlari ke kamar sebelah. Berharap Ari tak jadi datang, atau Caca menolak ajakan Ari hari ini. Ia berharap betul. Namun, kamar Caca hening. Sepi. Tiada siapapun. Kamar Caca kosong, dan itu artinya, hari ini ia gagal jalan bareng Caca, dan memintanya menemaninya pergi syuting. Ari, he’s the winner!
SIAL!!

TO BE CONTINUED…
**
Oleh : Vivie Hardika SS..
Jangan lupa tulis kritik dan sarannya di dalam kotak komentar yah! Tapi ingat, nggak boleh Copas.. Oke..
Xie xie Ni

2 komentar:

  1. salam kenal kak^^
    ceritanya keren, bikin penasaran...
    tapi kok nggak di lanjutin?

    #NewComer

    BalasHapus
    Balasan
    1. lagi terkena writers block. hhihihi makasih ya udah baca :)

      Hapus

Jangan malu- malu untuk berkomentar. Silahkan berikan komentar terbaik anda ^_^ Xie Xie Ni