Medan Bisnis
Belia Minggu, 20 Mei 2012
GEMPA ITU TURUT MENGGOYANGKAN JIWAKU
Aku masih terlelap jika
saja handphoneku tak bergetar. Panggilan masuk dari ayah. Aku
mengangkatnya dengan mata yang masih terpejam.
“Kak, keluarga baik- baik aja kan?” tanya ayah lewat telepon.“Iya. Kenapa Yah?” tanyaku penuh heran.
“Di sana nggak kerasa gempa? Ayah di sini kerasa.”
Mataku yang tadi masih merem, langsung melotot ketika ayah bilang gempa. Sontak aku keluar dari kamar dan membangunkan Mamaku yang juga tertidur di depan TV.
“Haah? Gempa Yah? Serius? Kakak nggak ngerasa ada gempa. Emangnya gempa di mana yah?” tanyaku berentet.
“Ayah juga nggak tahu. Coba tanya mama sana.”
“Ma, ngerasa ada gempa nggak sih?” tanyaku membangunkan mama.
“Gempa? Di mana?” tanya mama dengan tampang innocent.
“Mama juga nggak ngerasa ada gempa, tuh yah!” ujarku lagi pada ayah.
“Oo ya udah kalau gitu. Assalamualaikum. Liat aja TV, supaya tahu di mana pusat gempa-nya.” Saran ayah sebelum benar-benar menutup telponnya.
“Emang ayah bilang gempanya dimana, kak?” tanya mama lagi.
“Ayah juga nggak tau, ma. Ayah cuma bilang, ayah ngerasa gempa.” Jelasku pada mama yang belum sadar dari tidurnya 100 persen.
“Hidupkan TV, lihat berita!” perintah Mmama.
“Yaaahh, mati lampu ma.” keluhku.
Jika saja listrik hidup, mungkin saja aku bisa mengetahui secara jelas, dimana pusat gempa itu berada. Bisa jadi pusat gempa itu dekat, sehingga ayah juga merasakannya. “Ya Allah, jangan sampai tragedi 8 tahun silam terjadi lagi di bumi pertiwiku ini.
Aku masih gelisah tak menentu. Pikiranku melayang pada bencana gempa yang entah di mana terjadinya. Masih saja penasaran, di mana pusat gempa itu terjadi. Akhirnya kuputuskan untuk mencari berita tersebut di internet. Dan benar saja, begitu laptopku tersambung dengan internet, banyak berita yang bisa aku baca tentang gempa yang terjadi sekitar pukul 17. 40 sore tadi.
Di sana tertulis, gempa berkekuatan 8.5 SR mengguncang Aceh dan Sumatera pada pukul 15.30 WIB, dan berpusat di wilayah Simeulue, NAD. Ya Allah, Aceh lagi?
Jantungku seakan berhenti. Aceh diguncang gempa lagi? 8 tahun silam, bencana yang sama juga meluluhlantakkan provinsi itu. Bukan hanya itu saja, setelah gempa susulan yang tak kalah dahsyatnya, tsunami-pun terjadi dan memporak-porandakan kota yang disebut sebagai Serambi Mekkah. Sekarang, bencana itu juga terjadi di sana lagi.
Aku terus membaca berita yang baru saja diupdate oleh media online tersebut. Tiba-tiba aku teringat pada Anissa, sahabatku yang baru setahun ini menetap di sana. Aku tidak tau persis, apakah Anissa berada di dekat pusat gempa atau tidak. Yang aku tahu, Anissa tinggal dimana gempa berkekuatan 8.5 SR itu terjadi.
Aku mengambil handphoneku, dan menelponnya untuk memastikan keadaannya baik- baik saja sekarang. Tapi, setelah lama aku menunggu Anissa tak menjawab telponku. Aku semakin cemas.
“Ya Allah, tolong lindungi Anissa dan keluarganya di sana!” pintaku pada Sang Khalik.
Dua setengah jam setelah bencana yang membuatku pikuk itu, PLN hidup. Aku tak menyia-nyiakannya untuk terus tahu bagaimana Aceh setelah diguncang gempa berkekuatan dahsyat. Aku kembali dibuat tercengang setelah mendengar update dari pusat gempa.
Gempa berkekuatan 8.1 SR kembali mengguncang Aceh dan Sumatera pada pukul 17.43 WIB, lokasi 92.43°East -0.76°North, kedalaman 29 km, wilayah Simeulue, NAD.
Aku semakin cemas menanti kabar dari Anissa. Bahkan tadi aku sempat mengirimkan pesan berulang kali, namun Anissa tak kunjung membalasnya. Aku beralih dari ruang TV, dan buru- buru ke kamar untuk membuka laptop, mencari tahu kabar Anissa lewat jejaring sosial. Yah, itulah jalan satu-satunya yang bisa membuatku bertenang jiwa.
Setelah aku tersambung dengan jejaring sosial facebook, aku langsung mengetikkan nama Anissa di kotak pencarian. Aku lihat update terakhirnya kemaren. Itu berarti, hari ini Anissa belum mengupdate sesuatu di wall-nya.
Aku masih gelisah di kelasku. Sampai hari ini, Anissa belum juga membalas pesanku. Anissa, taukah kamu, gempa itu turut menggoyangkan hatiku. Kamu adalah sahabat kecilku. Kita selalu bersama. Namun takdir memisahkan kita karena papamu harus pindah kerja ke sana. Bodohnya aku yang tak bisa mengingat dimana Anissa tinggal.
Iseng aku online lewat handphone. Kembali aku mengetik nama Anissa di kotak pencarian. Betapa terkejutnya aku ketika melihat update yang baru saja dituliskannya. Ia beserta keluarga dalam keadaan sehat-sehat saja. Desa Jilatang Samadua, Tapak Tuan tidak mengalami kerusakan parah akibat gempa. Seluruh penduduk mengantisipasi terjadinya tsunami dengan mengungsi ke gunung terdekat.
Kini aku menjadi lega. Tiada lagi yang perlu aku khawatirkan. Anissa baik-baik saja di sana. Keluarganya juga baik. Teman sedesanya juga baik-baik saja. Gempa memang sedang melanda Aceh dan sekitarnya, bahkan Pekan Baru dan juga Jambi turut merasakan getarannya, tapi Allah tidak mengambil seorangpun dari bencana ini. Mungkin kerugian materil ada, tapi itu tak sebesar kerugian yang dialami warga Aceh 8 tahun silam.
Handphoneku berdering. Tertulis nama Anissa di layar ponselku. Aku kegirangan, karena ia sudah membuatku lebih lega lagi dengan menghubungiku hari ini.
“Assalamualaikum, Zahara..” terdengar suara Anissa nyaring di telingaku.
“Anissa, kamu baik-baik aja kan?” tanyaku.
“Alhamdulillah Zahara, aku sekeluarga baik-baik saja. Maaf ya baru kabarin kamu, kemarin aku dan keluarga panik, handphone nggak kebawa, jadi aku baru baca sms kamu malem. Mau langsung bales, aku keabisan pulsa. Hehehe.. Maaf ya Za, pasti kamu cemas ya. Tenang aja, gempanya nggak separah 8 tahun silam kok. Allah masih melindungi negri ini, Za..”
“Iya, Nis. Alhamdulillah kamu masih sehat walafiat.”
Anissa menutup telponnya saat mendengar bunyi bel masuk dari sekolahku. Terpaksa obrolan kami harus terhenti saat itu juga. Syukurlah, Allah masih melindungi negeriku. ( vivie hardika sitorus)
Keren, Vi. Itu kok si Anissa update statusnya lusa sih? Lusa kan dua hari yang akan datang ya ,bukan 2 hari yang telah lalu. Hehehehe
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusHihihi mungkin aku lupa, mau bilang kemaren jadinya lusa. maklum aku emang suka pikun :)
Hapus