Jumat, 06 Januari 2012

DON'T LET ME - EPISODE 2


DON’T LET ME..

EPISODE 2
ZOMBIE GIRL
         
          Malam adalah siang.. Siang adalah Malam..

Terkadang Raja heran melihat kondisi tempat tinggal barunya ini. Sepi. Semua penghuni tidak saling menyapa. Mereka menutup pintu, keluar dan masuk. Apa mungkin karena terlalu pagi, dan mereka masih repot dengan kesibukan masing- masing?
Setelah menemui Tante Farah, Raja masuk kembali ke kamarnya. Bersiap- siap untuk kuliah. Hari masih begitu pagi untuk berangkat ke kampus, sehingga ia masih bisa berlambat diri.
KREEEKK!!
Daun pintu Raja berdecit. Agak risih sih, tapi mau bagaimana lagi.
Raja melirik ke kamar sebelah. Tidak ada tanda- tanda kehidupan. Mungkin penghuninya masih tidur. Raja jadi ingat kejadian kemaren.
“Cewek itu mau nggak ya, maafin gue?” batin Raja.
Raja berbalik. Hampir saja ia pingsan mendapati sosok besar di depannya.
“Kamu kira Tante hantu?” ujar tante Farah senewen. Mungkin ia tersinggung melihat ekspresi Raja barusan.
“Maaf Tante. Habisnya Tante nongol tiba- tiba sih.” Ujar Raja membela diri. “Apa kesepakatan tadi masih kurang, Tante?” tanyanya.
“Tante rasa semuanya sudah clear! Perlu kamu tau, setiap pagi Tante patroli memeriksa kebersihan setiap kamar.”
“Oooh..” Raja menganggukkan kepalanya berulang- ulang. Sedikit demi sedikit Raja mengerti peraturan di tempat tinggal barunya meskipun pemiliknya tak menjelaskan secara tertulis.
“Kamu mau kuliah?” Tante Farah melirik tas Raja lalu kembali mengibas- ngibaskan kipas biru kesayangannya.
“Iya Tante.” Sahut Raja “Oh ya Tante, penghuni kamar ini udah pergi sekolah yah?”
Tante Farah geleng kepala. “Masih tidur! Kenapa?” tanya Tante Farah dengan gaya khasnya.
“Nggak apa- apa, tante. Cuma heran aja. Beneran masih tidur, Tante? Cewek kok jam segini belum bangun ya?”
Selain aneh, ternyata cewek itu nggak bisa bangun pagi.
“Buat dia, siang adalah malam, malam adalah siang.” Ujar Tante Farah dengan gaya khasnya.
HAH?
Raja masih belum mengerti dengan ucapan Tante Farah barusan. Siang ya siang, malam ya malam. kok bisa sih diganti- ganti begitu?
“Lama- lama kamu juga akan tau. Sudah sana kuliah!”
Tante Farah melenggok menjauhi Raja. Tubuh gembulnya membuat langkah Tante Farah sedikit lambat. Raja sendiri sampai tersenyum kecil saking geli melihat lenggak lenggok Tante Farah.
**

Raja menelangkupkan kepalanya ke atas meja. Dosen belum datang, rasa kantuk mulai menyerang, dan yang lebih parahnya lagi kelas 1A mendadak seperti pasar. Raja teringat kelasnya waktu SMA. Sama seperti sekarang ini, kalau nggak ada guru ya ricuhnya minta ampun. Yang cewek pada ngerumpi ini itu, yang cowok juga nggak kalah ngomongin ini dan itu. Tapi tetap saja ada bedanya.
Hampir saja Raja terlelap, suara Ari malah berisik dan berhasil membuat hasrta ingin tidurnya Raja hilang. Ari baru masuk kelas, langsung heboh memberitahu kabar casting iklan ke Raja.
“Raja, ada casting nih!” ujar Ari memberitau sekaligus membuat heboh anak- anak yang lain.
“Casting apaan, Ri?”
“Casting iklan minuman. Tuh brosurnya ada di mading..”
Sebagian anak- anak yang ikutan heboh mendengar pengumuman dari Ari langsung keluar, sebagian lagi malah santai- santai aja. Mungkin mereka kurang tertarik dengan casting iklan tersebut.
“Raja, lo nggak tertarik? Lumayan kan buat batu loncatan. Siapa tau setelah nongol di iklan ini, bakalan ada produser yang ngontrak kita main sinetron. Nih, gue bawain brosurnya buat elo.” Ari menyerahkan lipatan kecil pada Raja.
Raja diam sambil memperhatikan isi dari brosur casting iklan itu. “Masih 3 hari lagi ya?”
Ari mengangguk, lalu ia duduk di samping Raja sambil mengeluarkan buku tulisnya. “Kalau lo mau ikutan bareng gue aja!”
“Oke.” Raja mengacungkan jari jempolnya.
“Eh gue pinjem catatan punya lo, dong.”
Raja mengambil buku catatan yang diminta Ari dari ranselnya. Kemaren, Ari absen satu mata kuliah, jadi wajar Ari meminjam catatannya.
Sembari menunggu Ari menyelesaikan catatannya, Raja meminjam laptop Ari dan mengutak- atiknya. Raja melihat foto- foto narsis Ari yang tersimpan rapi di laptop dan sesekali mendengarkan lagu yang tersimpan di dalamnya.
**

Raja memparkirkan mobilnya tepat di depan kamar kosannya. Baru saja Raja membuka pintu mobil, cewek yang menghuni kamar no 6 keluar dengan wajah yang awut- awutan. Tubuhnya kelihatan lemas, kentara sekali kalau cewek tersebut baru saja bangun tidur. Cewek yang aneh, pikir Raja. Seumur hidup, Raja baru tau kalau ada cewek yang bangunnya jam 1 siang.
Perlahan, Raja mendekati cewek itu. Bukan bermaksud apa- apa. Raja hanya ingin meminta maaf pada cewek itu perihal jatuhnya amplop miliknya kekubangan kemaren. Nggak enak juga kan kalau tetanggaan saling diam. Yah, Raja juga ingin berkenalan dengan cewek itu sembari mencari teman satu kosan.
“Cari siapa?” ujar cewek itu sambil mengikat rapi rambutnya.
“Cari elo.” Ujar Raja dengan senyum simpul.
Kening cewek itu mengerut. Mungkin heran.
“Ada perlu apa lo sama gue? Gue kan nggak kenal sama lo.” nada bicara cewek itu sedikit jutek.
Raja mesti super lembut untuk menuturkan tujuannya, sepertinya cewek itu nggak mengingatnya sama sekali.
“Perihal amplop lo yang kemaren itu. Beneran, gue nggak ada maksud buat ngagetin elo.. Gue..” saking seriusnya, Raja sampai mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.
“It’s Oke.” Cewek itu mencopot kacamatanya dan membersihkannya dengan jari- jari mungilnya lalu kembali memakainya.
Ternyata cewek itu nggak lupa dengan kejadian kemaren sore. Yang membuat Raja berlega hati adalah ketika cewek itu mau memaafkannya.
“Jadi lo maafin gue?” Raja hanya ingin memastikan.
Cewek itu mengangguk, lalu berbalik. Sepertinya cewek itu ingin kembali ke kamarnya.
“Boleh tau nama lo nggak?”
Pertanyaan Raja barusan membuat cewek itu berhenti tepat di depan pintu kamar. Cewek itu berbalik dan mengatakan “Yang lo perluin maaf gue kan? Bukan nama gue!”
Wow! Raja terperanjat mendengar kata- kata itu. Seperti ada palu besar yang memukul kepala Raja saat itu juga.
Tuing! Tuing! Tuing!
Baru kali ini ia mati kutu di depan cewek. Masa kenalan aja nggak boleh sih, batin Raja.
Cewek itu menutup pintu kamarnya dan membiarkan Raja tetap berdiri di depan kamarnya. Terserah deh mau apa lagi yang dilakuin Raja di depan kamarnya.
Baru saja Raja membuka kakinya selangkah, Tante Farah datang dengan gaya berjalannya yang khas. Mengibaskan kipas biru kesayangannya sambil membawa amplop besar. Tante Farah berhenti di depan kamar no 6 dan mengetuknya. Mengabaikan Raja yang masih berdiri rapi di depan kamar yang sama.
TOK! TOK! TOK!
“Caca…” panggil Tante Farah sambil mengetuk pintunya berulang kali.
Raja tersenyun tipis. Akhirnya, tanpa diberitahupun, Raja tau siapa nama cewek itu.
“Caca.. Buka pintunya..” panggil Tante Farah lagi.
CTEK!
Caca membuka pintu kamar, dan melihat Tante Farah sudah berdiri di depan kamarnya. “kenapa, Tan?”
“Ini titipan buat kamu.” Sebelum Tante Farah menyerahkan amplop besar itu ke Caca, Tante Farah sempat mengibas- ngibaskan kipas birunya beberapa kali.
“Kok bisa sama Tante?” tanya Caca sembari menerima amplop berwarna kuning itu dari Tante Farah.
“Kata tukang Pos, kamu dipanggilin beberapa kali nggak denger. Jadi nitip ke Tante deh. Sudah yah, Tante masih sibuk!” Tante Farah berbalik dan baru sadar kalau Raja ada di belakangnya daritadi. “Raja, kamu ngapain di depan kamar Caca?”
Caca ikut menengok dengan tatapan kurang senang. Mungkin karena Caca merasa terganggu melihat Raja berada di depan kamarnya.
“Ooohh.. Jadi namanya Caca ya Tante..” Raja mengangguk- anggukkan kepalanya beberapa kali sambil melirik ke Caca.
Tatapan mata Raja seperti menyindir Caca yang tadi keukeuh nggak mau menyebutkan namanya.
**

Dingin malam membuat satu selimut saja nggak cukup menghangatkan tubuh Raja. Sudah memeluk guling seerat- eratnya, namun dingin belum juga berubah menjadi hangat. Raja menggigil, rasa kantukpun tiba- tiba hilang. Raja nggak bisa lagi menutup matanya dan melanjutkan mimpinya. Ia duduk dipinggiran kasur dengan selimut yang masih membalut tubuhnya. Tangannya masih merasa dingin. Raja beralih ke jendela, untuk menutup gorden yang lupa ia turunkan. Raja berasumsi, mungkin gorden ini yang mengakibatkan cuaca malam ini bertambah dingin.
Samar- samar Raja melihat seseorang di pos satpam. Raja melihat jam dindingnya. Pukul 1. 43 Wib. Larut malam begini, siapa yang duduk di pos satpam? Raja yakin seseorang itu bukan satpam. Kata Tante Farah, Satpam yang bertugas lagi pulang kampung menjenguk anaknya yang sakit. Belum ada Satpam sementara yang menggantikan Satpam lama cuti.
KREEEKK!!
Untuk mengurangi rasa penasarannya, Raja keluar kamar. Dengan selimut yang masih membalut tubuhnya, Raja keluar untuk mengecek sendiri siapa seseorang yang mengganggu pikirannya. Hal- hal negatif pun muncul begitu saja dipikiran Raja. Takut- takut ada maling yang mengintai. Mana mungkin ada penghuni kamar lain dijam selarut ini belum tidur. Kalau bukan maling, siapa lagi.
Semakin lama semakin ketahuan sosok yang dengan santainya duduk di pos satpam tersebut. Raja malah kurang percaya bahwa yang dilihatnya itu adalah tetangga kamar sebelah.
Caca belum sadar kalau Raja mendekatinya. Ia malah sibuk dengan laptopnya. Sesekali menyeruput segelas kopi yang berada di samping laptopnya.
“Lo belum tidur?”
Caca mengalihkan pandangannya dari layar  laptop. Mungkin sedikit kaget mendengar Raja yang tiba- tiba datang dan mengganggu kesibukannya.
“Lo kenapa belum tidur?” Caca menghentikan tarian- tarian jemarinya.
Raja duduk di bangku sebelah kiri meja Satpam. Ia belum menjawab, malah mempererat balutan selimutnya.
“Jadi ini yang dibilang Siang adalah malam, malam adalah siang? Gue baru ngerti. Lo insomnia?” tanya Raja ingin tahu. Sesekali Raja mengigil karena semakin lama udara di Pos Satpam membuatnya semakin kedinginan.
“Tante Farah yang bilang sama lo?”
Raja mengangguk. Tidak ada alasan untuk menyembunyikan siapa yang mengatakan hal itu kepadanya. Lagipula, bukan perkataan yang buruk kan?
“Jam segini memang bukan jam tidur gue. Biasanya setelah subuh baru gue tidur. Lo kenapa nggak tidur?”
“Nggak tau. Lo nggak kedinginan? Gue mengigil begini lo malah santai.” Raja heran, kenapa Caca nggak seperti dirinya  yang meskipun sudah berbalut selimut masih saja mengigil kedinginan. Sedangkan Caca, hanya mengenakan baju tidur apa sudah hangat.
“Gue minum kopi hangat. Nih!” mata Caca melirik ke sebelah kiri laptopnya. Segelas besar kopi hangat yang sudah setengah habis.
Bibir Raja membulat. Ternyata itu rahasianya? Ya pantasan saja nggak mengigil. “Lo penulis?” tanya Raja yang sempat melirik layar laptop caca yang masih menyala.
Caca nggak menjawab, tapi anggukannya sudah cukup membuat Raja puas.
“Penulis yang sering begadang, nggak baik loh buat kesehatan.” Ujar Raja memperingatkan.
“Habis mau gimana lagi? Kalau malam itu ide terus jalan. Kalau siang malah ngebuntu..” terang Caca dengan senyum simpul.
“Tapi nggak selarut ini kan?”
Caca nggak merespon. Ia diam dan menatap layar laptopnya.
“Eh, maaf ya kalau gue jadi sok tau begini.” Raja limbung. Setengah malu karena sadar, ia dan Caca belum seberapa kenal, jadi nggak semestinya ia berkomentar sok tau.
“Nggak apa- apa.” Caca malah tersenyum ke Raja yang limbung. “Nama lo Raja kan?”
Raja mengangguk cepat. “Raja Raditya..”
“Gue Marsha. Marsha Rania, tapi lebih banyak yang manggil gue Caca sih.”
“Pasti panggilan waktu kecil kan?”
Caca mengangguk.
“Hhhmm, lo mau nggak jadi temen gue di kosan ini?” tawar Raja. Rasanya aneh banget kalau di kosan yang besar ini Raja belum punya satu temanpun.
“Why not?”
Raja senang mendengar jawaban Caca barusan. Raja lantas bangkit dari tempat duduknya untuk menjabat tangan Caca yang sudah bersedia menjadi teman barunya. Sedikit berlebihan sih, tapi begitulah Raja. Dulu Raja juga begini sewaktu pertama kenal dengan Ari.
“Haduh, nggak perlu pake salaman juga kali.. Norak banget sih!” kata Caca memprotes kelakuan Raja.
“Oh maaf.” Barulah Raja melepaskan tangannya. “kalau gitu gue masuk deh. Makin lama makin dingin aja kayaknya.”
Setelah Caca menganggukkan kepalanya, barulah Raja berbalik.
PRRAANNGG!!
Raja kembali berbalik dan melihat benda apa yang jatuh. Ternyata selimutnya membawa petaka baru. Tanpa sengaja selimutnya menyambar gelas Caca, dan pecah. Caca speechless melihat kopinya tumpah dan gelasnya pecah berantakan. Yang lebih parahnya lagi, handphone Caca yang tadi tergeletak manis disamping kopipun ikut- ikutan jatuh dan rusak.
“Handphone gue…”
TO BE CONTINUED…
**
Oleh : Vivie Hardika SS..
Jangan lupa tinggalkan kritik dan saran yah! Ke Hardika_cungkring@yahoo.com juga boleh kok. Apalagi ke akun facebook aku ‘Vivie Hardika Cungkring’. Tapi ingat, nggak boleh Copas.. Oke..
Xie xie Ni J

4 komentar:

Jangan malu- malu untuk berkomentar. Silahkan berikan komentar terbaik anda ^_^ Xie Xie Ni