Belakangan ini banyak bermunculan berita pelecehan terhadap anak di
bawah umur. Pelakunya pun mencengangkan, guru sekolah, tetangga dekat, dan tak
jarang pula pelaku pelecehan tersebut adalah anggota keluarga sendiri.
Miris sekali.
Orang dewasa yang seharusnya bisa melindungi malah memberikan luka yang
mungkin akan selalu dikenang oleh korban. Mungkin bentuk pelecehannya bisa
hilang dalam beberapa tahun, tapi trauma yang dialami korban mungkin tidak akan
bisa hilang selamanya.
Terakhir yang sangat menghebohkan negara ini adalah kasus Angeline dari
Bali. Yang tidak hanya menerima pelecehan seksual, tapi juga kekerasan sebelum
akhirnya ia dibunuh. Alasannya pun berbelit-belit. Dan yang membuat geram
adalah, pelaku tersebut adalah ibu angkat yang sedari bayi merah telah
mengurusinya. Pertanyaan pun muncul. Di mana nuraninya sebagai seorang Ibu? Hingga
tega menghabisi anak sekecil itu hanya karena harta warisan.
Tentu kita tidak ingin ada Angeline-Angeline lain di negeri ini bukan?
Malaikat-malaikat kecil itu harus kita lindungi, bukan dijadikan korban pemuas
nafsu belaka. Masa depan mereka masih panjang, jangan sampai pula perlakuan
tidak pantas tersebut menghentikan langkah mereka di masa depan.
Apa jadinya bangsa ini jika tunas-tunas mudanya di negara ini sudah
dirusak.
Lalu bagaimana kita memecahkan solusi dari maraknya berita pelecehan
terhadap anak di bawah umur ini?
1.
Selalu Mengawasi
Pengawasan tidak
hanya bisa dilakukan oleh para orang tua saja. Kita yang punya adik, sepupu,
keponakan juga turut wajib mengawasi mereka. Jangan biarkan malaikat mungil itu
bermain dengan sembarangan orang. Di bawa oleh orang lain dalam kurun waktu
yang lama.
Sebab, rambut bisa
sama hitam tapi hati tidak ada yang tahu.
Seringnya kita tidak
menyadari bahwa pelaku pelecehan tersebut adalah orang-orang yang dekat dengan
kita. Dan alangkah bodohnya kita jika menjadi jembatan bagi pelaku-pelaku
tersebut secara tidak sadar.
Mari kita awasi
selalu anak-anak kita, adik-adik kita, sepupu-sepupu kita agar terhindar dari
segala macam bentuk pelecehan.
2.
Posisikan Diri Kita sebagai Sahabat
Menjadi sahabat baik
mereka adalah cara yang tepat untuk terus mengawasi apa saja yang telah dilakukannya
seharian penuh. Apa saja yang dilakukannya saat di sekolah, dan siapa saja
teman bermainnya di lingkungan sekitar. Mereka pasti akan menceritakannya
dengan penuh antusias jika kita bisa memposisikan diri sebagai sahabat baiknya.
Meskipun sebenarnya kita adalah orang tuanya, kakaknya, saudara yang umurnya
jauh lebih tua dibanding dirinya.
Dengan mengetahui apa
saja kegiatannya seharian penuh kita bisa mengantisipasi hal-hal yang tidak
diinginkan termasuk menjadi korban pelecehan. Kita bisa memberitahukan kepada
mereka jika si ‘A’ punya niat buruk padanya sehingga ia harus berhati-hati saat
bermain dengannya.
3.
Hindari Memasang Foto ke Sosial Media Terlalu
Sering
Seringnya kita tidak menyadari
bahwa niat baik kita untuk berbagi tingkah lucu anak kita—adik kita, sepupu
kecil kita— ke seluruh sosial media. Ingin banyak orang tahu betapa menggemaskannya
malaikat kecil yang kita punya.
Tapi tahukah kamu? Jika hal yang
kita anggap sepele itu bisa saja menjadi ancaman bagi mereka. Kita tidak tahu
siapa saja yang melihatnya. Orang baik atau orang jahat. Kita tidak bisa
selamanya mengendalikan pengunjung akun kita hanyalah orang-orang baik saja.
Karena penjahat di dunia maya jumlahnya lebih besar dibanding di dunia nyata. Sebab
mereka bisa bersembunyi dibalik foto profil yang baik.
Yang baru-baru ini muncul adalah,
adanya situs jual beli bayi lucu di Instagram. Korbannya kebanyakan anak-anak
artis yang memang begitu menggemaskan. Mereka memajang foto yang mereka dapat
dari akun artis yang sering memamerkan foto anaknya kemudian membandrol harga.
Jika ada yang tertarik bukan tidak mungkin si pemilik IG langsung menyatroni
rumah artis tersebut dan menculik anaknya. Apa saja bisa dilakukan mereka demi
segenggam uang.
Sungguh sangat disayangkan jika
hal itu terjadi dengan orang terdekat kita. Oleh karenanya kita harus
menghentikan kebiasaan kita memasang foto-foto unyunya di setiap media sosial.
4.
Ajak Dia Mengetahui Apa yang Baik dan Buruk
Mengajarkan hal yang
baik dan buruk tidak hanya boleh dilakukan oleh orang tua ataupun guru di
sekolah. Siapapun kita, wajib membuatnya mengerti apa-apa saja yang baik
dilakukannya juga yang tidak baik. Mulailah dari hal-hal sepele. Misalnya
memberitahukannya untuk tidak keluar dari rumah tanpa pakaian yang lengkap.
Jangan biasakan mereka keluar dari rumah hanya menggunakan celana dalam saja,
sementara tubuhnya dibiarkan terbuka.
Mungkin hal itu
sepele. Kita menganggap, masih kecil. Tidak apa-apa membiarkan mereka bermain
dalam keadaan telanjang. Seringnya hal sepele tersebut yang memicu para pedofil
menjadikan mereka korban pelecehan. Beritahukan padanya untuk tidak membiarkan
siapapun membuka pakaian mereka tanpa alasan yang jelas.
Mari sama-sama kita lindungi anak-anak kita, adik-adik kita agar masa
depannya bisa lebih cerah tanpa bayang-bayang masa lalu yang kelam. Karena pertumbuhan
sebuah bangsa bergantung pada tunas-tunasnya.
Itu karena bangsa kita munafik. Seks dianggap sesuatu yg tabu, perempuan harus dibungkus dari ujung rambut sampai ujung kaki, jadinya banyak orang yg penasaran dan mencari kesempatan penyaluran hasrat, dan kadang menyalurkannya dengan cara yg tidak sehat, yg ujung2nya ya jadi kriminal, kayak pelecehan dan pemerkosaan. Harusnya seks itu jangan ditabukan, tapi masyarakat harus diedukasi tentang seks sedari kecil. Seks itu suatu hal yg sangat wajar, dan semakin kita mengenalnya, semakin kita belajar mengontrol hasrat kita. Saya kuliah di China dan di tempat saya kuliah, perempuan pake hot pants bisa jalan-jalan santai tanpa harus diperkosa. Kenapa? Karena masyarakatnya sudah biasa, paha perempuan udah bukan hal yg aneh di mata mereka. Ditambah lagi, di China sana, anak-anak sedari kecil sudah diberikan diedukasi mengenai seks dan reproduksi, jadinya ya jarang terjadi tuh, pelecehan terhadap anak kecil, apalagi oleh gurunya sendiri...
BalasHapus