Kamis, 16 Januari 2014

Kisah 11 Januari 2014

11 Januari lalu...

Saya tengah bersiap-siap untuk berangkat ke Stasiun Kereta tujuan Medan pagi itu. Kaos bertuliskan "I Love Cendol" pun akan turut dalam perjalanan saya karena hari itu kebetulan ultah Cendol ke tiga. Sambil menunggu mopen, saya sempat mengirim pesan ke teman saya yang juga ikut dalam perjalanan saya kali ini. Mereka juga tengah menunggu mopen. Saya pun bersantai menunggu mereka yang masih jauh lagi. Sempar berpikir untuk lebih dulu sampai stasiun, tapi setelah dipikir lagi, untuk apa? Tok tiket dan KTP saya masih ada di mereka. Alhasil saya pun duduk termenung sambil menunggu mereka.


Lama saya menunggu hingga masuk pesan berikutnya yang mengatakan kalau KA berangkat pukul 8.30. Saya cek jam di hape, alamak, tinggal setengah jam lagi perjalanan. Apa sempat? Tanpa banyak cincong saya pun naik mopen yang lewat berharap tidak terlambat tiba di stasiun KA. Atau parahnya saya sampai berharap ada Raj di sana yang nantinya akan meraih tangan saya ketika saya mengejar kereta. Membagi gerbongnya dengan saya, Simran.

Di tengah khayalan itu saya kembali mendapat pesan dari teman saya yang terus mengeluhkan mopennya yang super lelet. Mereka baru sampai simpang rumah saya sementara KA 10 menit lagi berangkat. Gila, ini namanya gila! Sesampainya saya di stasiun, kereta sudah nggak ada. Saya mutlak ketinggalan kereta. Semuanya buyar termasuk harapan adanya Raj di sana karena saya memang bukan lah Simran. *euih.

Saya hampir saja menangis. Kesal sudah tentu. Marah apalagi. Saya kesal kepada keteledoran teman saya yang baru mengecek jam keberangkatan ketika mereka baru naik mopen sekitar jam delapan pagi tadi. Saya ingin mengumpat. Tapi urung. Ini bukan mutlak kesalahan mereka. Tapi saya juga. Saya juga yang tidak mengomandoi mereka untuk cepat bergegas mengingat rumah mereka lebih jauh lagi ketimbang rumah saya. Dan saya pun tak mau memperkeruhnya dengan saling menyalahkan. Untuk apa? Toh kalau saya marah-marah ke mereka Kereta nggak akan balik dan ngangkut kami. Tidak mungkin. Alhasil saya hanya bisa ikhlas. Ikhlas pada harga tiket yang lenyap. Ikhlas harus membeli kembali tiket bus kecil tujuan Medan.

Ini pengalaman buruk pertama saya. Ketinggalan kereta, beginilah rasanya. Tak terdefinisikan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan malu- malu untuk berkomentar. Silahkan berikan komentar terbaik anda ^_^ Xie Xie Ni