Lama nggak nguprek-uprek ini halaman, jadi makin ngerasa bersalah. Sebenarnya aku juga nggak enak ninggalin
‘rumah ini’ begitu lamanya sampai-sampai sawangnya bisa dimuseumkan. Halah! Malah lebay-lebayan begini.
Selama ini aku belum juga menemukan topik menyenangakan untuk dibagikan
di dalam blog. Bahkan sampai pertengahan tahun, tak satupun judul kuposting.
Hebat banget, kan?
Don’t try what i've done if you still want to be a blogger!
Berhubung beberapa bulan terakhir aku lagi revisi naskah yang
bertahun-tahun mengendap di dalam laptup, aku jadi kepikiran untuk ngangkat
topik seputar proses menulis lagi dan lagi. Kali ini aku mau ngambil salah satu
naskah yang udah aku posting ke akun wattpad-ku. Yang selama sebulan ini
mati-matian kurevisi setelah setahun ngangkrak.
‘Our Home’ adalah naskah kesekian yang nasibnya sama dengan
naskah-naskah lainnya. Terabaikan. Yang membuatnya terpilih untuk direvisi
adalah, naskah ini lumayan istimewa. Bisa dibilang ‘Our Home’ adalah genre
Domestic Drama atau Weddinglit pertama yang kutulis. Selama perjalanan
kepenulisan aku cuma nulis genre unyu-unyu, teenlit. Dan terciptanya draft ‘Our
Home’ bukan ide yang kebetulan nemu waktu lagi ngayal-ngayal cantik di tempat
tidur. Atau ide-ide yang setan suguhkan pas saya lagi pipis.
‘Our Home’ punya kisah
tersendiri di baliknya. Sedikit bocoran bahwa kisah Fab-Bian terinspirasi dari
kisah nyata. Dan kisah nyata tersebut aku input ke dalam cerita sebanyak 50%.
Woh! Selebihnya murni ngayal.
‘Our Home’ bercerita tentang si kembar yang cuma dibedakan oleh
nama tengah saja di keluarga Runaka. Fabian Adinata Runaka, si bungsu lebih
dulu menikah sementara Fabian Abinaya Runaka menyusul setahun kemudian. Kehidupan
rumah tangga mereka begitu bahagia awalnya, Fab dengan Laira dan Bian dengan Maya. Kedua
pasangan ini tetap bahagia di dalam rumah keluarga Runaka. Sampai akhirnya
suatu kejadian membuka kejadian-kejadian lain yang membuat keluarga Runaka
mengalami kesedihan terus-menerus.
Kalau penasaran langsung ikutin aja kisahnya di sini aja ya.
Tujuanku menciptakan ‘Our Home’ adalah untuk membuat para pembaca tahu
bahwa tujuan seseorang hidup bukan
mensyukuri apa yang diberikan kepadanya, namun juga mensyukuri apa yang tidak
diberikan padanya. Semuanya akan mudah jika kita bisa menerima dan berdamai
dengan keadaan. Haseek!
‘Our Home’ masih berjumlah 6 chapter di Wattpad dan akan terus
diupgrade setiap hari rabu. Dan tujuan naskah ini kuupload di wattpad tak lain
tak bukan ialah untuk menjaring lebih banyak pembaca. Supaya kedepannya bisnis
saya bisa lebih menguntungkan. Langsung senyum jahat!
Sebenarnya ‘Our Home’ sudah pernah kukirim ke sebuah penerbit. Setahun yang
lalu dan belum juga mendapat hasil reviewnya. Bisa jadi editornya pas baca
prolog langsung muntaber, makanya nggak dilanjutin dan langsung di hapus dari
komputer dan kenangannya. Apa ini? Untuk alasan itulah aku nekat upload,
dengan maksud mendapat koreksian langsung dari pembaca. Dan hasilnya…
Toweeeeng! Baru 6 chapter yang terupload, sudah banyak catatan yang kudapatkan.
Begitu menyenangkan!
Saat ini draft pertamanya sudah selesai kurevisi tahap satu. Sekarang
sedang menjalani revisi tahap dua. Ternyata benar kata ‘Dee’. Sebuah naskah
akan ketahuan belangnya kalau sudah diendapkan. ‘Our Home’ sudah
kuendapkan lebih dari setahun dan sensasinya sama seperti yang dikatakan
pencipta Supernova itu. Aku menemukan belang dimana-mana dan makin tahu kenapa
draft awalnya nggak dilirik sama editor. Hohoho…
Dan selagi menyelesaikan revisi season dua, aku kepikiran buat
ngelanjutin sekuelnya yang juga udah begitu lama terabaikan. Parahnya lagi,
berhenti di tengah jalan. Hah! Takkan kubiarkan ide-ide itu membusuk bersama
daun-daun jambu yang dipenuhi ulat. Aku harus berjuang sampai titik darah
penghabisan. Merdek-ah!
Nah, sebelum sekuel kedua dan ketiganya selesai, ada baiknya kamu baca
sekuel pertamanya dulu ya. Hope you guys enjoy!
Berikut kusertakan salah satu chapter favoriteku dari sudut pandang
pembaca.
2
RAHASIA FABIAN
Begitu tiba di tempat mobil Fab terparkit, Laira dikejutkan dengan sosok
wanita berjaket bulu hitam sedang melingkarkan sebelah tangannya di pinggang
Fab. Semula Laira tidak percaya dengan penglihatannya. Sampai harus mengucek
beberapa kali. Tapi laki-laki yang dipeluk wanita itu masih sama. Fab.
“Apa-apaan? Oh my, Fabian!”
Dua orang yang dilihatnya masih saling berpelukan itu menatapnya bingung.
“Sorry? Lo manggil gue?” Kemudian
keduanya saling berpandangan.
Darah Laira mendidih melihat tingkah Fab padanya. “Lo? Gue? Ngapain kamu?”
Tatapannya berkilat pada gadis di sebelah Fab. Yang masih saja
melihatnya bingung.
Fab dan gadis asing itu berpandangan lagi, dan beralih memandang Laira
dengan air muka sama.
“Kalian lagi ngapain, huh?
Lepas, lepasin!” Laira menarik tangan gadis itu kasar. “How dare you!” Kedua tangan Laira mengepal. Ingin sekali meninju
gadis itu sampai wajahnya tak berbentuk lagi.
“Hah?” Si gadis tambah tak mengerti. “Excusme, who are you?”
“Harusnya gue yang tanya, siapa lo? Berani banget lo meluk-meluk Fabian
kayak tadi. Apa lo saudaranya?”
Gadis itu menggeleng.
“Udah gue duga. Lo ini cewek murahan.”
“Hah?”
“Terus kamu,” mata sinis Laira tertuju pada Fab yang terpelongo
menatapnya. “Kamu membawaku ke sini cuma untuk melihat semua ini? Apa maksud
kamu sebenernya? Dasar buaya!” Laira melayangkan tas tangan ke bahu Fab. Keras.
“Hei! Apa-apa—” belum selesai Fab mengeluh, Laira sudah memukul wajahnya
dengan tas lagi. Bahkan terasa lebih sakit.
“Beraninya kamu membawa gadis lain di hadapanku? Nggak bisa dipercaya!
Seharusnya dari awal aku nggak percaya semua perkataanmu. Dasar sial!” Laira
menjadi beringas. Ia terus memukuli Fab dan tak membiarkan gadis di sampingnya
membantu. Semakin gadis itu berusaha menghentikannya, semakin besar
keinginannya untuk memutilasi Fab. “Ternyata selama ini kamu selingkuh di
belakang—”
“Selingkuh?” gadis itu tersinggung. “Excusme,
berani banget lo manggil gue selingkuhannya dan sekarang lo mukuli suami
gue kayak gini. Berhenti nggak?!”
Kedua tangan Laira berhenti mendadak. “Suami? Lo bilang dia suami lo?
Fabiaaannn!” Laira berteriak keras. “Keparat!” dan melanjutkan pukulannya pada
Fab. Ia terlalu emosi hingga kedua matanya mulai memanas.
“Hei! Hei! Hei! Berhenti memukulnya. Tolong!”
“Aku akan mencincangmu sekarang juga! Dasar penipu! Penjahat wanita! I hate you and I’ll kill you!!” Laira
mengakhiri pukulannya dengan menendang selangkangan Fab.
“Aakkhh!” Fab tersungkur.
Laira puas sekali sudah menjatuhkan Fab, tapi lubang di hatinya tidak
bisa ditutup begitu saja. Ia benar-benar sakit hati pada kenyataan yang ada di
hadapannya saat ini. Ternyata ayahnya benar, ia tidak mengenal siapa itu Fab.
Setahun bahkan tidak cukup untuk mengetahui betapa kekasihnya selama ini adalah
pembohong besar.
“Kenapa kamu ngelakuin ini, Fab?” Laira sesunggukan. “Kamu jahat banget.
Jangan pernah lagi muncul di hadapanku!” Laira berlutut dan menangis
tersedu-sedu. Kepalanya kini tak sanggup lagi menatap langit yang biru. Semua
impian yang ia bangun telah hancur. Yang membuatnya semakin hancur adalah orang
yang sangat ia percaya, juga cintai.
Bagaimana bisa Fab mengumbar cinta padanya selama ini? Selama ini Laira
salah mengira. Ia pikir Fab tidak mengenalkan dirinya ke orang tua Fab karena
dirinya juga tidak ingin mengenalkan Fab ke orang tuanya. Ternyata alasan Fab
adalah status pernikahannya?
“Fave? Kamu ngapain?”
Sebuah tangan yang terjulur ke bahu kirinya membuatnya refleks
menengadah dengan wajahnya yang merah padam dan sepasang mata yang membengkak.
“Ayo bangun.” Itu suara Fab. “Itu kotor, ya ampun Fave. Kenapa, sih?” suara bass
itu membuat Laira semakin marah. “Ayo bangun, sekarang!”
Laira terdiam, wajahnya memerah menahan amarah. Muak sekali mendengar
suara Fab. Pintar sekali dia membuat lelucon. “Pergi!” sambil mengusap wajah
basahnya.
“Oh, iya kita harus pergi. Yuk!”
“I said, go!” Laira geram.
“Laira?” Fab menatap bingung gadisnya yang bangkit tanpa menatapnya tapi
Fab bisa melihat air mata Laira dengan jelas. “Ada apa sih? Kenapa kamu nangis?
Kelilipan?”
“Get lost! Leave me!” Laira mengentakkan kaki. “Leave!” kembali mengentak kaki kesal. “Le—”
perintah Laira berhenti seketika melihat sosok lain di belakang wajah bingung
Fab. “Fab?” tangannya terangkat pada orang yang ia pukulinya tadi. Yang
sekarang berdiri di belakang mobil Fab bersama perempuan tadi.
Fab ada di sini? Lalu siapa yang ada di sana?
Laira terperangah. Emosinya yang meluap-luap berganti cepat, dengan
perasan bingung yang menggunung. Bergantian memandangi antara Fab di hadapannya
dengan Fab yang berjalan pincang dipapah oleh gadis tadi. Ini seperti mimpi.
Fab ada dua? Apa Fab itu amoeba? Atau
jangan-jangan Fab masih keturunan Naruto?
“Magis seperti apa ini? Bagaimana mungkin ada dua Fab di waktu dan
tempat yang sama?” kepala Laira mulai berdenyut-denyut.
Fab yang berada di hadapannya terbatuk-batuk sembari mendekati Laira.
“Oh! Hampir lupa. Ayo, aku kenalin sama tamu istimewanya.” Jelas Fab dengan
tatapan meledek.
“Hah? Ja-jadi dia tamunya?” tiba-tiba Laira ingin bumi menelannya
hidup-hidup.
***
Laira menelan ludahnya dengan susah payah saat mengingat bagaimana
kekerasan yang ia lakukan pada orang ini. Seperti ada duri yang mengganggu
tenggorokannya begitu melihat warna lebam di wajah Fab kedua. Belum lagi
tampang gadis itu yang terus menyembunyikan tawa di balik telapak tangan, bikin
Laira ingin cepat-cepat kabur dari sana.
“Dia ini Bian. Fabian Adinata Runaka, lima menit setelah kelahiranku.”
Senyum Fab yang terlihat jenaka pun semakin menyebalkan.
Tangan Laira terangkat dan menuding Bian dengan gemetar. “Ja-jadi.”
Laira menyentuh pipi Bian takut-takut. “Ke-ke-kembar?” Mulut Laira masih
ternganga lebar dan menatap keduanya bergantian.
Fab bertolak pinggang. “Maya, kenapa kamu nggak bilang kalo aku tadi ke
toilet?” Fab mendesis panjang. “Aku lupa kalau Laira nggak tahu apa-apa soal
Bian. Laira, kamu bahkan nggak ingat aku pake baju apa? Keterlaluan banget.”
Fab menggeleng prihatin.
“Mau gimana lagi? Aku juga terlanjur panik waktu Bian digebukin,” Maya
terbatuk, seolah membunyikan alarm bagi Laira yang masih meraba-raba wajah Bian
penuh keheranan.
“Ja-jadi namamu Laira?” Bian mulai risih dengan tangan-tangan Laira yang
mencubit pipi, “hei. Hei.” dan menarik hidungnya dan menggerak-gerakkannya.
Hanya untuk memastikan bahwa mereka benar-benar mirip.
Maya mengusap peluhnya. “Ini salahku juga sih, lupa kalau Bian juga
punya kembaran.” Maya mengurai senyum
bersahabat pada Laira.
Laira menurunkan tangannya setelah sadar apa yang telah dilakukannya
begitu mengganggu Bian. Sekarang ia bahkan tak dapat menatap wajah Bian dengan
kepala tegak seperti sebelumnya.
“Lagian, lo kenapa nggak bilang kalau punya gue?” Bian ikut protes. “Dia
hampir membuat masa depan keluarga kita hancur.” Refleks menutupi
selangkangannya yang sudah lebih baik dari sebelumnya.
Laira memukul kepalanya pelan. Malu sekali mengingat kejadian tadi lagi.
“Hai, aku Maya. Istrinya Bian, kembaran calon suamimu.”
Tawa-tawa kecil yang dijejalkan oleh dua laki-laki kembar itu membuat
pipinya semakin memerah.
***
waww panjang banget kayak bikin novel, aku sampe terharu krna belum sempet pipis nih, keasikan baca cerita kamu :D
BalasHapusbtw itu laira katanya ada duri ditenggorokan, diperiksain gih dipuskesmas, siapa tau sembuh, bahaya loh! pake paracetamol penanganan pertamanya
Whahahaha jadi inget naskah aku yang belum diedit sama sekali, duhh sibuk selalu menjdi kambing hitam nih hihihi. Emang ternyatanulis novel gak segampang kelihatannya, cukup mwmbuat frustasi, aku aja yg ngendapin sebulan lalu, lebih tepatnya terpaksa diendapkan sih, merasa iyuhbaget, padahal waktu nulis pede banget.
BalasHapusAnyway font blognya lucu, artistik gimana gitu. Tapi kalo baca artikel panjang cukup pegel juga ya di mata, apa mataku aja yang memang minus
oh jadi ceritanya kembar ya,tapi mereka dulu pernah ketuker nggak ya pas waktu kecil hehehe, bagus ceritanya hehe
BalasHapusKeknya gue juga setuju sih, sama pernyataan naskah yang diendapkan lama gitu, ketahuan belangnya. Malahan banyak. XD.
BalasHapusOw... jadi nggak ngeblog karena lagi males ngisi aja, ya. Kirian karena sibuk apa... gitu. Ow, ya. Tentang cerita kembar ini gue suka sih. Bahasa yang dipake santai dan sderhana. Ya, cukup mudah buat gue yg nggak ngerti nulis ini.
Semoga kedepannya 'Our Home' bisa segera terbit. Soalnya keren juga ceritanya. Bisa salah gitu gara-gara sia Laira nggak tau kalo suaminya punya kembaran. XD
Waaah, keren nih sudah punya novel dan sudah mulai di edit-edit. Mudahan aku bisa nyusul deh, hehehe
BalasHapusEh tapi kenapa di spoiler disini ceritanya -___-, tapi mudah mudahan kalau sudah selesai di edit, bisa diterima pernerbit terus resmi dapat titel penulis yaaa. Semangattt
Wah dapet ilmu nih maen ke blog ini. Harus di endapkan dulu ya biar ketahuan belang.
BalasHapusKayaknya naskah yang di revisi dan lagi dibuat banyak banget deh. Gue doain semoga cepet kelar dan bisa tembus penerbit. Aamiin... :)
Hai Vivie! Seneng deh denger semangat orang yang masih tetep nulis ketika naskahnya ditolak. Btw, aku pun punya pengalaman sama kayak kamu. Eh, kamu masih belum ada kejelasan ya? Coba aja tanya ke email penerbitnya, mungkin naskah kamu lupa terbaca. Secara kan yang masuk penerbit tiap hari pasti puluhan, bahkan ratusan.
BalasHapusTapi aku salut nih kamu udah mau belajar nge-publish di Wattpad. Aku sampe sekarang masih belum berani karena banyak alasan hehe. Tapi semoga aja kita bener-bener jadi penulis ya :D
Untuk bahasa weedinglit, eh, bener ya? Ini udah cocok sih. Jadi nggak begitu formal dan kaku. Tapi tetep enak untuk dinikmati. Pokoknya jangan nyerah aja untuk terus revisi sampai kirim lagi ke penerbit ya!
Wah, fix, ini semangat kamu keren banget. Gak ada kata nyerah demi sebuah tujuan. Yang lebih kerennya, kamu insiatif ngoreksi sendiri tulisan yg udah kamu kirim ke penerbit, tp belum di review. Wah, patut di contoh.
BalasHapusUntuk cerita tentang 'Our Home', tulisannya enak buat di baca, asik aja gitu, selesai bacaa gak nyangka klo tulisannya ternyata pannjang wkwkwk.
Kayaknya kamu coba kirim ulang lagi deh naskah kamu yg ini. Kali aja udah di revisi jadi bisa ngebuat penerbit lebih tertarik. Semoga aja Our Home bisa di bukukan. Amiin.
Mangaaaaaatss..
wih, muli membenahi naskah yang terabaikan ya? keren. gue tau banget tuh rasanya ngirim naskah ke penerbit, tapi nggak ada balasan. percis banget sama apa yang gue lakukan tahun lalu. hahah, itu perih sih :")
BalasHapushalo kak. Perdana nih blogwalking di blog kaka dan ternyata baru habis hiatus ya dari ngeblog?
BalasHapusLuar biasa semangatnya kak. Pantang pulang sebelum petang, pantang mundur, maju terus. Meski sudah ditolak, gak bikin jadi patah semangat gitu, malah terkesan penasaran "kenapa di tolah ya?" sampe akhirnya publish ke mana itu watt itu lah hahaha. Emang passion nya menulis nih, harus diperjuangin sampe revisian kelar trus diterima publisher, dan akhirnya gue beli deh trus di review, masuk ke blog. Yihaaaa :D
Semangat terus yaa kaaaaak!!
Btw suka sama se-bukan patah kata review ceritanya, easy going, enak dibaca, mudah dipahami, dan bikin pembaca masuk ke ceritanya gitu.