Senin, 11 April 2011

Dwaarrr!!

Bagi yang belum baca cerpen aku di majalah story edisi 14.. nih aku posting di blog.. semoga suka yah.. Selamat membaca!!

DWAAARRR! !

“Anis..!” terdengar suara Tria memanggilnya setengah berteriak..
Anis membuka pintu dan melihat sosok Tria sudah lengkap dengan mukenah yang ia kenakan.
“Nis, sorry ya gue telat! Hari ini gue giliran cuci piring. Jadi telat deh! Buruan yuk.. Adzannya udah mau abis..!”

Selama ramadhan ini, Tria dan Anis selalu menyempatkan diri untuk sholat subuh di Musholah. Mereka berdua rutin melakukan itu selama bulan Ramadhan.
Anis dan Tria tampak tergesa- gesa menuju musholah.
“Ya.. kita kebagian di luar deh..!” Anis mengeluuh karena biasanya mereka selalu di dalam.
“Sekali- kali di luar juga gak papa kan. Nis?” Tria mencoba menenangkan pikiran Anis.
Setelah Qomat berkumandang, seluruh penghuni musholah berdiri dan mulai mengerjakan kewajiban mereka.
Beberapa menit kemudian, sholat subuh sudah selesai di kerjakan. Dan semua jamaah kembali ke rumahnya masing- masing. Tanpa terkecuali Anis dan Tria.
“Eh, mereka mau kemana?”
“Mau jalan- jalan kali!” sahut anis sambil menguao karena ngantuk.
“Ikut yuk!” Tria malah tertarik ingin mengikuti kegiatan Arif dkk.
“Males ah! Aku ngantuk. Mau tidur!” sejak sahur tadi, mata Anis memang susah sekali untuk melek. Bahkan saat sholat tadi, ia memejamkan matanya. Anis memang tukang tidur.
“Dasar tukang tidur.. Ayolah, Nis.. Pasti seru jalan- jalan subuh- subuh begini!” Tria terus merengek.
“Bodok amat..” Anis tetap saja menolak ajakan Tria.
Hasrat ingin tidurnya tidak bisa di gantikan dengan iming- iming apapun.
“Ayolah, nis.. Itung- itung cari angin segar di pagi buta begini!” Tria terus saja memaksa anis yang tukang tidur itu.
“Lo mau  angin?”
Tanpa ragu Tria mengangguk dengan cepat.
“Nih, gue mau kentut! Hirup ajah, kan segar! Hahahahaha..” Anis tertawa lepas mendengar ocehannya sendiri.
“Sialan lo.. Kentut lo bukannya segar, tapi busuk..!!” Tria tidak kepancing oleh guyonan Anis yang menurutnya garing itu,
“Tau ajah lo! Tadi gue sahur pake jengkol.. Widih..Nikmat bener rasanya..! Entar deh lu gue anterin.. Semur jengkol bikinan nyokap gue…kaya akan vitamin B..” Lagi- lagi Anis bercanda di depan Sahabat baiknya itu.
“Vitamin Bau kata lo? Udah yok, ikut mereka! Pasti seruw.. Lo molornya sambungin entar siang ajah..! Sekarang, kita jalan- jalan dulu!” Tria gak berhenti untuk membujuk Anis yang sebenarnya sama sekali tidak ingin menuruti perintahnya.
“Tapi mereka bukan sekedar jalan- jalan!” Anis tau betul apa yang sering di kerjakan tetangganya itu selain jalan- jalan. “Mereka juga main petasan! Entar kalo kena, gimana? Lo mau lebaran cuma di rumah aja, gara- gara kena petasan? Hah? Kalo gue sih ogah!” sebisa mungkin anis menghindar dari ajakan Tria.
“Kita jangan deket- deketlah sama mereka! Kita ngintil aja di belakang! Ayolah, Nis.. Please…”
Lama- lama, Anis tak tahan mendengar rengekan yang keluar dari mulut Tria. Wajah sahabatnya itu sangat melas, jadi Anis merasa iba gitu.
“Oke deh.. Tapi inget ya.. Jangan deket- deket.. Gue takut ama petasannya mereka!”
Akhirnya, Anis luluh juga dengan Tria.
“Sips bos!” ucap Tria senang.
Anis Dan Tria melangkahkan kakinya ke mana sekelompok anak lelaki tadi yang mereka bicarakan pergi. Sambil berlari- lari kecil, Anis dan Tria mengendap- endap supaya rombongan anak lelaki yang mereka ikuti itu tidak menyadari kehadiran mereka. Tapi usaha mereka sia- sia. Ricky keburu tau kalau Anis dan Tria sudah ada di belakang mereka. Mengintil sejak mereka masih berada di depan rumah mereka.
“Eits.. ada mangsa nih!” ujar Ricky yang mengetahui endapan Anis dan Tria.
“Eh..eh..eh.. Jangan dong! Kami takut ama petasan kalian!” ujar Anis sedikit ketakutan karena Ricky, Arif, Rendy, dan Dicky, sudah siap dengan petasan mereka.
Mereka ingin melemparkan petasan- petasan kecil mereka ke Anis dan Tria supaya mereka berdua berteriak. Teriakan Anis dan Tria sama seperti hiburan untuk mereka berempat.
“Jangan.. Aaaaaaa!” suara Anis dan Tria melengking.
Petasan- patasan empat lelaki usil itu membuat Anis berteriak. Anis tak sempat lagi mengelak dari petasan yang sudah di lempar oleh empat lelaki usil itu di dekatnya.
Anis dan Tria berusaha menjauh, tapi terlambat. Anis tidak bisa mengikuti Tria yang sudah ngacir duluan. Sdangkan ia terlanjur di kepung oleh empat lelaki usil itu. Mereka berempat mengelilingi ANis dan bersiap dengan petasan kecil mereka.
“Plis, jangan.. aku takut..!!”
“Salah sendiri kenapa ikut!” ujar arif seraya melemparkan petasannya.
Ketakutan yang tergambar di wajah Anis tidak membuat keempat lelaki itu menghentikan kelakuan mereka. Dan…
“Dwwuuuaaaaarrrr….!”
Anis benar- benar terkejut ketika Petasan itu meledak, tepat di bawa kakinya. Dan ia tumbang di tempat itu juga.
“Loh.. kok malah pingsan sihh!” ujar Rendy begitu melihat tingkah nakalnya menimbulkan korban.
“Yah.. Pake pingsan segala lagi!” sambung Dicky yang juga ikut menengok keadaan Anis yang tumbang secara tiba- tiba.
“Nis.. Anis.. Bangun..!!” Tria menggoyang tubuh ANis yang baru saja tergeletak di tanah. “kalian sih.. Jadi pingsan kan dia!” Tria menyalahkan keempat lelaki yang bermain petasan itu.
Keempat lelaki itu hanya menggaruk- garuk kepala mereka yang sebenarnya tidak gatal itu.
SEKIAN


@ Story edisi 14
Cover Tya Ariestya..

1 komentar:

Jangan malu- malu untuk berkomentar. Silahkan berikan komentar terbaik anda ^_^ Xie Xie Ni